ASIDIMETRI - ALKALIMETRI

Diposting oleh Ilmu Alam Bercak on Kamis, 14 Maret 2013



ASIDIMETRI - ALKALIMETRI


Percobaan asidi-alkalimetri ini bertujuan untuk Membuat larutan standar HCl dari HCl pekat dan larutan standar NaOH serta  pengenceran larutan dan menerapkan larutan standar dalam analisis kuantitatif, melakukan prosedur standarisasi larutan-larutan standar skunder sebelum analisis, menentukan kadar Natrium karbonat dalam sampel-sampel asetat glasial maupun sampel cuka perdagangan, menentukan kadar asam asetat dalam sampel asam asetat glasial maupun sampel cuka perdagangan, menentukaaan komposisi produk pangan atau sampel buatan yang mengandung campuran karbonat dalam natrium hidroksida, menentukan pilihan indikator dalam analisis campuran. yang dilakukan adalah standarisasi larutan-larutan standar skunder dengan menggunakan beberapa indikator. Pada percobaan ini metode yang digunakan adalah metode titrasi.

5.1  Standarisasi HCl dengan Boraks
Dalam standarisasi ini HCl bertindak sebagai titran dan boraks bertindak sebagai titrat. Standarisasi ini dilakukan untuk menguji keakuratan konsentrasi HCl yang dibuat dari pengenceran dan mengetahui indikator apakah yang tepat untuk standarisasi ini. Boraks digunakan sebagai titrat karena reaksinya dengan HCl dapat menghasilkan keakuratan yang lebih baik dibanding dengan basa lemah lain, antara HCl dan boraks terjadi reaksi sempurna. HCl ( asam kuat ) akan bereaksi dengan boraks (basa lemah ) membentuk garam yang bersifat asam.
Reaksi :
Na2B4O710H2O + 2HCl ===> 2NaCl + 4H3BO3 +5H2O   

Dari reaksi antara asam kuat dan basa lemah itu akan lebih mudah diamati titik akhir titrasinya.
Pada percobaan ini, boraks merupakan larutan standar primer dan HCl merupakan larutan standar sekunder. Hal ini disebabkan kerena :
-          Boraks adalah suatu garam yang bersifat basa lemah, sifatnya yang tidak mudah teroksidasi, boraks cenderung stabil, selain itu juga boraks ditemukan dalam keadaan murni, tidak korosif. Bobot ekivalen boraks tinggi, yaitu 123 g/aq.   
-          HCl merupakan larutan gas Cl dalam air . Hal ini memungkinkan kelarutannya mudah sekali berubah terhadap perubahan suhu, perubahan kelarutan tersebut akan mempengaruhi konsentrasinya.
-          HCl yang digunakan yaitu berasal dari hasil pengenceran sehingga dimungkinkan konsentrasi HCl yang didapat tidak tepat.
Indikator yang paling tepat digunakan untuk titrasi ini adalah indikator MO, range pH 3-4,5, karena range pH garam ( bersifat asam ) yang dihasilkan mendekati range pH dari indikator MO, sehingga indikator yang paling tepat digunakan pada reaksi ini adalah MO.
Reaksi :
N a2B4O7  +  10H2O  +  2HCl         ===>      2NaCl  +  4H3BO3  +  5H2O
Dari percobaan ini konsentrasiHCl yang didapatkan adalah 0,09 N, konsentrasi yang diinginkan adalah 0,1 N. Karena hasilnya mendekati konsentrasi yang diinginkan, maka pengenceran HCl tidak menyimpang jauh karena kekurangtelitian pengenceran.

5.2  Standarisasi NaOH dengan HCl
Standarisasi ini dilakukan untuk menguji keakuratan konsentrasi NaOH hasil pengenceran. Dalam standarisasi ini NaOH berfungsi sebagai titran dan HCl bertindak sebagai titrat. NaOH merupakan basa kuat, sehingga dapat bereaksi sempurna baik dengan asam kuat maupun basa kuat. Di sini yang dipakai adalah asam kuat.
Reaksi yang terjadi antara HCl dan NaOH menghasilkan gram yang lebih cenderung bersifat asam. Maka indikator yang digunakan adalah indikator MO, sebab range pH indikator ini 3-4,5 mendekati range pH garam asam yang dihasilkan, sehingga titik akhir titrasi dapat terbentuk dan diamati.
Reaksi :
NaOH + HCl         ====>       NaCl + H2O                                                           

NaOH hasil pengencran yang diinginkan adalah 0,1 N, ternyata setelah penitrasian dihasilkan konsentrasi NaOH 0,09 N. Mendekati 0,1 N, maka penganceran NaOH tidak menyimpang jauh karena kekurangtelitian pengenceran.

5.3  Standarisasi NaOH dengan H2C2O2
Selain distandarisasi dengan HCl yang merupakan asam kuat, NaOH juga distandarisasi dengan asam lemah, asam oksalat. Hal ini dilakukan untuk memastikan keakuratan konsentrasi NaOH yang nantinya akan digunakan sebagai larutan standar, dan untuk menunjukkan apakah larutan NaOH ini dapat bereaksi sempurna baik dengan asam lemah maupun kuat.
Reaksi yang terjadi antara NaOH dengan asam oksalat menghasilkan garam yang bersifat basa. Maka indikator yang digunakan adalah indikator pp, sebab range pH indikator ini 8,5-10, mendekati range pH garam basa yang dihasilkan, maka dengan indikator ini dapat menunjukkan titik akhir titrasi yang terbentuk dan ditunjukan dengan perubahan warna.
Reaksi :
2NaOH + H2C2O2     ===>               Na2C2O4 + 2H2O
Dari percobaan ini didapatkan konsentrasi NaOH 0,12 N, sama dengan konsentrasi NaOh hasil standarisasi dengan HCl. Maka hal ini membuktikan kalau NaOH dapat bereaksi sempurna dengan asam lemah maupun kuat. Dan NaOH dapat digunakan sebagai larutan standar untuk titrasi asam basa.

5.4   Menentukan Na2CO3 dalam soda
Dalam percobaan ini ion karbonat dititrasi dengan asam kuat yaitu HCl.
Reaksi :
CO3 2-   +  H3O +       ===>                 HCO3 - + H2O
HCO3 - +  H3O +         ===>            H2CO3 + H2O
(Underwood, 1990)
Indikator yang digunakan pada percobaan ini adalah metil orange karena produk yang terbentuk adalah asam lemah, sehingga kesetimbangan tercapai pada pH < 7. Terjadinya titik akhir titrasi ditandai dengan terjadinya perubahan warna dari coklat kekuningan ke merah muda. Dari perhitungan diperoleh kemurnian Na2CO3 sebesar 104,86%.

5.5  Menentukan campuran NaOH + Na2CO3
Dalam percobaan ini yang berperan sebagai larutan standar adalah HCl guna menetapkan campuran NaOH + Na2CO3. Campuran  NaOH + Na2CO3 memiliki dua titik ekivalen sehingga agar dapat mengetahui titik akhir titrasi digunakan dua indikator. Agar dapat mengetahui titik akhir titrasi yang pertama dengan menambahkan indikator phenolphthalein dan titik akhir titrasi yang kedua dengan menambahkan indikator metil orange.
Pada titik akhir titrasi pertama, NaOH dinetralkan secara sempurna sedangkan Na2CO3 tepat bereaksi menghasilkan HCO3
Reaksinya :
NaOH + HCl        ===>       NaCl + H2O
CO32- + H+             ====>   HCO3-

Indikator phenolphthalein digunakan dalam penentuan titik akhir titrasi yang pertama karena larutan bersuasana basa.
Pada titik akhir titrasi yang kedua HCO3bereaksi dengan H+ dari HCl membentuk H2CO3, sehingga larutan bersuasana lebih asam, dimana indikator metil orange bekerja secara optimal pada trayek pH = 3,2 – 4,4 atau pH < 7
Reaksi :
HCO3- + H+           ===>     H2CO3
Dari sample perhitungan sampel mengandung 31,2 mg NaOH dan 392,2 mg Na2CO3 dalam 50 ml larutan campuran.

5.6  Menentukan campuran Na2CO3 + NaHCO3
Dalam percobaan ini yang berparan sebagai larutan standar adalah HCl guna menentukan campuran Na2CO3 + NaHCO3. Campuran Na2CO3 + NaHCO3 memiliki dua titik ekivalen sehingga untuk mengetahui titik akhir titrasi digunakan dua indikator berbeda. Agar dapat mengetahui titik akhir titrasi yang pertama dengan menambahkan indikator phenolphthalein dan titik akhir titrasi yang kedua dengan menambahkan indikator metil orange.
Pada titik akhir titrasi yang pertama Na2CO3 bereaksi dan menghasilkan HCO3 yang bersifat sedikit basa.
Reaksi :
CO32- + H+            ===>          HCO3

Pada titik akhir titrasi yang kedua digunakan indicator metal orange, dimana pada titrasi ini bikarbonat yang berasal dari hasil karbonat dan yang ada dalam larutan, tepat bereaksi dengan HCl menghasilkan H2CO3 yang bersifat asam.
Reaksi :
HCO3-+ H+           ===>          H2CO3 ( HCO3- berasal dari hasil reaksi CO32- + H+)
HCO3- + H+           ===>         H2CO3 ( HCO3- dari dalam larutan )
Advertisement

{ 0 komentar... read them below or add one }

Posting Komentar