Minyak Bumi

Diposting oleh Ilmu Alam Bercak on Jumat, 12 April 2013


Minyak Bumi

Minyak bumi (petroleum) adalah campuran dari berbagai senyawa karbon, baik karbon jenuh maupun yang tidak jenuh yang berasal dari zat-zat organik selama ribuan tahun di dalam lapisan bumi dalam jumlah yang sangat besar. Minyak bumi diperkirakan berasal dari pelapukan berbagai senyawa organik yang terkubur di bawah tanah sejak berjuta-juta tahun yang lalu. Hasil pelapukan ini dibawa oleh air ke laut dan akhirnya mengendap. Endapan yang terjadi bertumpuk-tumpuk dan bercampur dengan binatang laut dan jasad renik yang mati. Akhirnya endapan tersebut melapuk oleh panas matahari dan tekanan dari dalam bumi, sehingga berubah menjadi minyak dan gas bumi.
Minyak bumi yang terbentuk kemudian masuk ke rongga batuan berpori yang dapat ditembus. Disinilah minyak bumi dan gas bumi terperangkap dan siap dilakukan pengeboran untuk diperoleh minyak mentah (Crude Oil). Minyak mentah ini selanjutnya akan diolah dengan proses destilasi fraksinasi (destilasi bertingkat) menjadi berbagai produk minyak bumi. Pada umumnya minyak bumi ini digunakan sebagai bahan bakar dan bahan baku industri petrokimia. Kegunaannya selalu disesuaikan dengan perubahan kebutuhan manusia, hal ini dapat dilihat dari berbagai pola pengilangan minyak bumi untuk menghasilkan berbagai bahan dan zat petrokimia.

Proses Pengolahan Minyak Bumi
Kegiatan proses pengolahan minyak bumi dilaksanakan dengan proses destilasi fraksinasi (destilasi bertingkat).
Proses Produk Naptha
Naptha merupakan atom-atom yang dijenuhkan oleh Hidrogen yang juga disebut dengan Cyloparaffin Hidrocarbon. Kandungan naptha dalam minyak mentah terdiri dari berat campuran molekul-molekul yang lebih tinggi, kecuali berat campuran molekul yang lebih rendah seperti Cylopentana dan Cyloheksana, yang tidak ada kandungannya dalam minyak mentah.
CO (Crude Oil) dari tangki penampungan eksplorasi dan produksi ditarik dengan pompa memasuki tangki penimbunan yang bertujuan untuk mengendapkan kotoran padat dan lumpur serta air melalui Heat Exchanger, kemudian dipompakan sehingga menjadi 35-40 0C. Selanjutnya CO dialirkan ke dapur (furnace)-I untuk dipanaskan sehingga temperatur mencapai 135 0C kemudian dialirkan ke Coloumn-1, melalui Tray. Di dalam coloumn terjadi pemisahan antara fasa uap dan cairan. Fasa uap akan naik ke Top coloumn untuk menjadi Top Product (Produk Atas). Dan fasa cair akan turun ke bottom product (produk bawah). Pada saat ini temperatur pada Top coloumn adalah ±100 0C dan bottom coloumn 105 0C.
Top product akan mengalir ke condenser sehingga terbentuk condensat dengan temperatur 40 0 C. Condensat ini disebut dengan Fraksi Naptha-I, yang selanjutnya mengalir ke accumulator untuk pemisahan uap/gas dan steam yang terkondensasi. Kemudian Naptha-I didinginkan di cooler dan dialirkan ke seperator untuk pemisahan air. Akhirnya produk Naptha-I ditampung ditangki penampungan, dan sebagian condensat Naptha-I dari accumulator direfluk ke coloumn-I untuk mengatur temperatur Top Coloumn.
Advertisement

{ 0 komentar... read them below or add one }

Posting Komentar