Penyulingan Minyak Atsiri
Banyaknya kekayaan hayati Indonesia menjadikan semakin
berkembang ide-ide untuk meningkatkan nilai jual produk tanaman terutama
tanaman penghasil minyak atsiri (essential oil). Di Indonesia telah dikenal
sekitar 40 jenis tanaman penghasil minyak atsiri yang bisa di komersialkan,
tapi baru sebagian saja yang telah digunakan sebagai sumber minyak atsiri
secara komersil.
Proses untuk mendapatkan minyak atsiri dikenal dengan cara
menyuling atau destilasi terhadap tanaman penghasil minyak.
Didunia komersil, metode destilasi/penyulingan minyak atsiri
dapat dilakukan dengan 3 cara, antara lain :
- Penyulingan dengan sistem rebus (Water Distillation)
- Penyulingan dengan air dan uap (Water and Steam Distillation)
- Penyulingan dengan uap langsung (Direct Steam Distillation)
Penerapan
penggunaan metode tersebut didasarkan atas beberapa pertimbangan seperti jenis
bahan baku tanaman, karakteristik minyak, proses difusi minyak dengan air
panas, dekomposisi minyak akibat efek panas, efisiensi produksi dan alasan
nilai ekonomis serta efektifitas produksi.
Berikut ini akan saya bahas masing-masing metode penyulingan
diatas :
Penyulingan dengan sistem rebus (Water Distillation)
Cara penyulingan dengan sistem ini adalah dengan memasukkan
bahan baku, baik yang sudah dilayukan, kering ataupun bahan basah ke dalam
ketel penyuling yang telah berisi air kemudian dipanaskan. Uap yang keluar dari
ketel dialirkan dengan pipa yang dihubungkan dengan kondensor. Uap yang
merupakan campuran uap air dan minyak akan terkondensasi menjadi cair dan
ditampung dalam wadah. Selanjutnya cairan minyak dan air tersebut dipisahkan
dengan separator pemisah minyak untuk diambil minyaknya saja. Cara ini biasa
digunakan untuk menyuling minyak aromaterapi seperti mawar dan melati. Meskipun
demikian bunga mawar, melati dan sejenisnya akan lebih cocok dengan sistem
enfleurasi, bukan destilasi.
Yang perlu diperhatikan adalah ketel terbuat dari bahan anti
karat seperti stainless steel, tembaga atau besi berlapis aluminium.
Penyulingan dengan air dan uap (Water and Steam Distillation)
Penyulingan dengan air dan uap ini biasa dikenal dengan sistem
kukus. Cara ini sebenarnya mirip dengan system rebus, hanya saja bahan baku dan
air tidak bersinggungan langsung karena dibatasi dengan saringan diatas air.
Cara ini adalah yang paling banyak dilakukan pada dunia industri
karena cukup membutuhkan sedikit air sehingga bisa menyingkat waktu proses
produksi. Metode kukus ini biasa dilengkapi sistem kohobasi yaitu air kondensat
yang keluar dari separator masuk kembali secara otomatis ke dalam ketel agar
meminimkan kehilangan air. Bagaimanapun cost produksi juga diperhitungkan dalam
aspek komersial. Disisi lain, sistem kukus kohobasi lebih menguntungkan oleh
karena terbebas dari proses hidrolisa terhadap komponen minyak atsiri dan
proses difusi minyak dengan air panas. Selain itu dekomposisi minyak akibat
panas akan lebih baik dibandingkan dengan metode uap langsung (Direct Steam
Distillation).
Metode penyulingan dengan sistem kukus ini dapat menghasilkan
uap dan panas yang stabil oleh karena tekanan uap yang konstan. Jika Anda
membutuhkan alat suling (destilator) berbagai type dan kapasitas sesuai
keinginan, bisa pesan disini. Berbagai
macam produk minyak atsiri silahkan klik www.minyak-atsiri.com
Penyulingan dengan uap langsung (Direct Steam Distillation)
Pada sistem ini bahan baku tidak kontak langsung dengan air
maupun api namun hanya uap bertekanan tinggi yang difungsikan untuk menyuling
minyak. Prinsip kerja metode ini adalah membuat uap bertekanan tinggi didalam
boiler, kemudian uap tersebut dialirkan melalui pipa dan masuk ketel yang
berisi bahan baku. Uap yang keluar dari ketel dihubungkan dengan kondensor.
Cairan kondensat yang berisi campuran minyak dan air dipisahkan dengan
separator yang sesuai berat jenis minyak. Penyulingan dengan metode ini biasa
dipakai untuk bahan baku yang membutuhkan tekanan tinggi pada proses
pengeluaran minyak dari sel tanaman, misalnya gaharu, cendana, dll.
Beberapa aspek penting yang perlu diperhatikan pada proses
destilasi antara lain :
Bahan baku (Raw material)
Pilih bahan baku yang jelas mempunyai randemen minyak tinggi.
Pengukuran rendemen minyak dilakukan di laboratorium atau bisa juga dilakukan
sendiri dengan alat Stahl Distillation. Jika belum punya alatnya, Anda bisa
pesan dengan disini.
Sebelum disuling bahan baku harus dirajang dahulu untuk
mempermudah keluarnya minyak yang berada di ruang antar sel dalam jaringan
tanaman.
Tentukan juga perlakuan awal raw material, apakah bahan basah,
layu atau kering. Ini sangat penting karena setiap bahan baku memerlukan
penenangan yang berbeda. Sebagai contoh perlakuan nilam sebaiknya dalam keadaan
kering dengan kadar air antara 22-25%. Jika yang masuk ketel adalah nilam basah
membutuhkan waktu destilasi lebih lama, akibatnya cost produksi menjadi lebih
besar.
Alat Penyulingan
Untuk mendapatkan produk minyak atsiri yang berkualitas, gunakan
alat yang tidak bereaksi/menimbulkan kontaminasi terhadap produk minyak.
Material yang baik adalah dengan glass/pyrex dan stainless steel. Untuk
material glass hanya mampu untuk skala laboratorium, sedang skala industri
biasa digunakan stainless steel.
Jenis material stainlees steel mulai dari yang paling bagus
antara lain :
- Material
Pharmaceutical Grade (SUS 316)
- Material
Food Grade (SUS 314)
- Material
Mild Mild Steel Galvanized
- Material
Mild Steel
Untuk keperluan destilasi minyak atsiri biasa digunakan material
food grade.
Perlu diperhatikan juga penggunaan jacket ketel atau sekat kalor
jika proses penyulingan berada didaerah dingin seperti di pengunungan, ini
dimaksudkan agar mengurangi kehilangan kalor panas.
Jangan lupa dipasang juga accessories control dan safety device yang
minimal berupa thermometer, manometer tekanan (pressure gauge) dan safety valve
untuk alat destilasi yang menggunakan boiler.
Condensor (Pendingin)
Alat ini digunakan untuk kondensasi (mengembunkan) uap yang
keluar dari ketel. Prinsip kerja alat adalah merubah fase uap menjadi fase cair
karena pertukaran kalor pada pipa pendingin. Pada alat berskala laboratorium
bisa menggunakan condensor lurus (liebig), sedang untuk skala industri harus
menggunakan kondensor yang lebih besar. Kondensor untuk skala produksi berbahan
stainless dalam bentuk pipa spiral agar kontak dengan air pendingin lebih lama
dan area perpindahan kalor juga lebih panjang.
Alat ini berfungsi untuk memisahkan minyak atsiri dengan air
berdasarkan perbedaan berat jenis. Separator untuk alat suling sistem kukus
kohobasi tersedia 2 macam yaitu untuk minyak dengan density (massa jenis)
rendah dan minyak density tinggi.
Receiver Tank (Tangki Penampung)
Digunakan untuk menampung minyak atsiri, bisa dari bahan glass
atau stainless steel. Untuk bahan glass, gunakan botol gelap agar minyak
terhindar dari masuknya sinar matahari langsung sehingga tidak menurunkan grade
minyak.
Advertisement
Untuk pembuatan minyak kencur bisakah digunakan metode kukus?
BalasHapus