TERJEMAH MINHAJUL QOWIM Bag.19 ( IJTIHAD Ke-2)

Diposting oleh Ilmu Alam Bercak on Sabtu, 01 Oktober 2022

TERJEMAH MINHAJUL QOWIM Bag.19*
===================

فَإِنْ لَمْ يَجِدْ مَنْ يُقَلِّدُهُ أَوِ اخْتَلَفَ عَلَيْهِ مُقَلَّدُوْهُ تَيَمَّمَ
lalu jika ia [orang buta] tidak menemukan orang yang akan diikutinya atau berbeda pendapat atasnya orang-orang yang akan diikutinya, maka ia [boleh] tayammum.

وَالْبَصِيْرُ لَا يُقَلِّدُ بَلْ يَتَيَمَّمُ
Dan orang yang melihat itu tidak boleh taqlid, tetapi ia [boleh] tayammum.

وَشَرْطُ صِحَّةِ التَّيَمُّمِ إِتْلَافُ الْمَاءَيْنِ لِأَنَّ أَحَدَهُمَا طَهُوْرٌ بِيَقِيْنٍ وَالتَّيَمُّمُ لَا يَصِحُّ مَعَ وُجُوْدِهِ
Dan syarat sahnya tayammum adalah merusak dua air [yang samar baginya], ↱¹ karena bahwa salah satu dari kedua air itu suci mensucikan dengan yakin, sedangkan tayammum tidak sah [dilakukan] beserta adanya air [suci mensucikan dengan yakin] tersebut.

رَابِعُهَا تَعَدُّدُ الْمُشْتَبِهِ وَبَقَاءُ الْمُشْتَبِهَيْنِ
➍ Syarat ijtihad yang *keempat* adalah berbilangnya [lebih dari satu] perkara yang samar dan masih tetapnya dua perkara yang samar.

فَلَا اجْتِهَادَ فِيْ وَاحِدٍ اِبْتِدَاءً وَلَا اِنْتِهَاءً
Maka tidak diperbolehkan ber-ijtihad dalam satu perkara pada permulaannya dan tidak pula pada akhirannya.

وَيَجِبُ عَلَيْهِ إِعَادَةُ الْإِجْتِهَادِ لِكُلِّ طُهْرٍ وَلَوْ مُجَدَّدًا وَإِنْ لَمْ يَكْفِهِ لِوُجُوْبِ اسْتِعْمَالِ النَّاقِصِ
Dan diwajibkan baginya mengulang kembali ijtihad-nya untuk setiap bersuci, walaupun bersucinya itu bersuci yang diperbaharui, dan meskipun [sisa air dalam bersuci yang pertama] itu tidak mencukupinya [untuk bersuci yang baru], karena wajibnya menggunakan air yang kurang [yakni, tidak mencukupi],

ثُمَّ إِنْ وَافَقَ اِجْتِهَادُهُ الْأَوَّلَ فَذَاكَ
kemudian jika ijtihad-nya [yang kedua] bertepatan dengan [ijtihad-nya] yang pertama, maka itu [jelas, tidak berbahaya].

وَإِلَّا أَتْلَفَهُمَا ثُمَّ تَيَمَّمَ
Dan jika tidak [bertepatan], maka ia merusak kedua air [yang samar baginya], kemudian ia ber-tayammum.

*(وَإِذَا أَخْبَرَهُ بِتَنَجُّسِهِ)* أَيْ أَحَدِ الْإِنَاءَيْنِ
*(Dan jika diberitahu dirinya tentang terkena najisnya)*, yakni salah satu dari dua wadah,

*(ثِقَّةٌ)* وَلَوْ عَدْلَ رِوَايَةٍ كَامْرَأَةٍ وَعَبْدٍ
*(oleh orang yang terpercaya)* walaupun ia adalah orang yang adil dalam ketentuan hukum meriwayatkan, seperti perempuan dan budak.

*(وَبَيَّنَ السَّبَبَ أَوْ أَطْلَقَ وَكَانَ فَقِيْهًا مُوَافِقًا)* لِلْمُخْبَرِ فِيْ بَابِ تَنَجُّسِ الْمِيَاهِ
*(dan orang tersebut menjelaskan sebab [terkena najisnya wadah itu] atau memutlakan [tidak menjelaskan sebabnya] namun keadaannya sebagai seorang ahli fiqih lagi yang bersesuaian)* dengan orang yang diberitahu berita dalam bab bisa terkena najisnya air.

*(اِعْتَمَدَهُ)* وُجُوْبًا
*(maka ia berpegang kepada [pendapat] orang terpercaya tersebut)* secara wajib.

بِخِلَافِ مَا إِذَا أَطْلَقَ وَهُوَ عَامِّيٌّ أَوْ مُخَالِفٌ فَلَا يَعْتَمِدُهُ
Berbeda halnya dengan masalah, apabila orang terpercaya itu memutlakkan [tidak menjelaskan sebabnya] sedang ia adalah orang awam, atau orang yang bertentangan [dengan orang yang diberitahu], maka ia tidak boleh berpegang kepadanya.

وَخَرَجَ بِالثِّقَّةِ الصَّبِيُّ وَالْمَجْنُوْنُ وَالْفَاسِقُ وَالْكَافِرُ فَلَا يُقْبَلُ خَبَرُهُمْ
Dan terkecualikan dengan batasan ats- _*Tsiqqoh*_ [orang yang terpercaya] yaitu: anak kecil, orang gila, orang fasiq, dan orang kafir, maka tidak diterima berita dari mereka,

إِلَّا إِنْ كَانَ مِنْ غَيْرِ الْمَجَانِيْنِ وَبَلَغَ عَدَدَ التَّوَاتُرِ
kecuali jika berita itu datang dari selain orang-orang gila [yakni: anak kecil, orang fasiq dan orang kafir], dan selain orang-orang gila itu telah sampai bilangan _*mutawātir*_ ↱² [berangkai, maka berita dari mereka diterima].

وَمَنْ يُخْبِرُ عَنْ فِعْلِ نَفْسِهِ فَهُوَ مَقْبُوْلٌ مُطْلَقًا.
Dan orang yang memberitakan tentang perbuatan dirinya sendiri, maka ia diterima [beritanya] secara mutlak.

=============
📋 *CATATAN:*
=============
↱¹ ```Meskipun keadaan merusak dua air itu dengan cara menuangkan salah satu air ke air yang lainnya.```

↱² ```Kabar mutawatir adalah kabar/berita yang diriwayatkan oleh sekumpulan orang yang menurut kebiasaan tidak mungkin bersepakat dalam kebohongan. Menurut Imam Syafi’i dan Qodhi Abu Bakar jumlah sekumpulan orang ini harus lebih dari 4 orang.```
Advertisement

{ 0 komentar... read them below or add one }

Posting Komentar