ASIDIMETRI - ALKALIMETRI
Percobaan asidi-alkalimetri ini bertujuan untuk Membuat larutan standar HCl dari HCl pekat dan
larutan standar NaOH serta pengenceran
larutan dan menerapkan larutan standar dalam analisis kuantitatif, melakukan
prosedur standarisasi larutan-larutan standar skunder sebelum analisis, menentukan
kadar Natrium karbonat dalam sampel-sampel asetat glasial maupun sampel cuka
perdagangan, menentukan kadar asam asetat dalam sampel asam asetat glasial
maupun sampel cuka perdagangan, menentukaaan komposisi produk pangan atau
sampel buatan yang mengandung campuran karbonat dalam natrium hidroksida, menentukan
pilihan indikator dalam analisis campuran. yang dilakukan adalah standarisasi larutan-larutan
standar skunder dengan menggunakan beberapa indikator. Pada percobaan ini
metode yang digunakan adalah metode titrasi.
5.1 Standarisasi HCl dengan Boraks
Dalam standarisasi ini HCl bertindak sebagai titran dan boraks bertindak
sebagai titrat. Standarisasi ini dilakukan untuk menguji keakuratan konsentrasi
HCl yang dibuat dari pengenceran dan mengetahui indikator apakah yang tepat
untuk standarisasi ini. Boraks digunakan sebagai titrat karena reaksinya dengan
HCl dapat menghasilkan keakuratan yang lebih baik dibanding dengan basa lemah
lain, antara HCl dan boraks terjadi reaksi sempurna. HCl ( asam kuat ) akan
bereaksi dengan boraks (basa lemah ) membentuk garam yang bersifat asam.
Reaksi :
Na2B4O710H2O + 2HCl ===> 2NaCl + 4H3BO3
+5H2O
Dari reaksi antara asam kuat
dan basa lemah itu akan lebih mudah diamati titik akhir titrasinya.
Pada
percobaan ini, boraks merupakan larutan standar primer dan HCl merupakan
larutan standar sekunder. Hal ini disebabkan kerena :
-
Boraks
adalah suatu garam yang bersifat basa lemah, sifatnya yang tidak mudah
teroksidasi, boraks cenderung stabil, selain itu juga boraks ditemukan dalam
keadaan murni, tidak korosif. Bobot ekivalen boraks tinggi, yaitu 123
g/aq.
-
HCl
merupakan larutan gas Cl dalam air . Hal ini memungkinkan
kelarutannya mudah sekali berubah terhadap perubahan suhu, perubahan kelarutan
tersebut akan mempengaruhi konsentrasinya.
-
HCl
yang digunakan yaitu berasal dari hasil pengenceran sehingga dimungkinkan
konsentrasi HCl yang didapat tidak tepat.
Indikator
yang paling tepat digunakan untuk titrasi ini adalah indikator MO, range pH
3-4,5, karena range pH garam ( bersifat asam ) yang dihasilkan mendekati range
pH dari indikator MO, sehingga indikator yang paling tepat digunakan pada
reaksi ini adalah MO.
Reaksi :
N a2B4O7 + 10H2O +
2HCl ===>
2NaCl + 4H3BO3 + 5H2O
Dari percobaan ini konsentrasiHCl
yang didapatkan adalah 0,09 N, konsentrasi yang diinginkan adalah 0,1 N. Karena
hasilnya mendekati konsentrasi yang diinginkan, maka pengenceran HCl tidak
menyimpang jauh karena kekurangtelitian pengenceran.
5.2 Standarisasi NaOH dengan HCl
Standarisasi ini dilakukan untuk menguji
keakuratan konsentrasi NaOH hasil pengenceran. Dalam standarisasi ini NaOH
berfungsi sebagai titran dan HCl bertindak sebagai titrat. NaOH merupakan basa
kuat, sehingga dapat bereaksi sempurna baik dengan asam kuat maupun basa kuat.
Di sini yang dipakai adalah asam kuat.
Reaksi yang
terjadi antara HCl dan NaOH menghasilkan gram yang lebih cenderung bersifat
asam. Maka indikator yang digunakan adalah indikator MO, sebab range pH
indikator ini 3-4,5 mendekati range pH garam asam yang dihasilkan, sehingga
titik akhir titrasi dapat terbentuk dan diamati.
Reaksi :
NaOH + HCl ====>
NaCl + H2O
NaOH
hasil pengencran yang diinginkan adalah 0,1 N, ternyata setelah penitrasian
dihasilkan konsentrasi NaOH 0,09 N. Mendekati 0,1 N, maka penganceran NaOH
tidak menyimpang jauh karena kekurangtelitian pengenceran.
5.3 Standarisasi NaOH dengan H2C2O2
Selain
distandarisasi dengan HCl yang merupakan asam kuat, NaOH juga distandarisasi
dengan asam lemah, asam oksalat. Hal ini dilakukan untuk memastikan keakuratan
konsentrasi NaOH yang nantinya akan digunakan sebagai larutan standar, dan
untuk menunjukkan apakah larutan NaOH ini dapat bereaksi sempurna baik dengan
asam lemah maupun kuat.
Reaksi yang
terjadi antara NaOH dengan asam oksalat menghasilkan garam yang bersifat basa.
Maka indikator yang digunakan adalah indikator pp, sebab range pH indikator ini
8,5-10, mendekati range pH garam basa yang dihasilkan, maka dengan indikator
ini dapat menunjukkan titik akhir titrasi yang terbentuk dan ditunjukan dengan
perubahan warna.
Reaksi :
2NaOH + H2C2O2 ===> Na2C2O4
+ 2H2O
Dari
percobaan ini didapatkan konsentrasi NaOH 0,12 N, sama dengan konsentrasi NaOh
hasil standarisasi dengan HCl. Maka hal ini membuktikan kalau NaOH dapat
bereaksi sempurna dengan asam lemah maupun kuat. Dan NaOH dapat digunakan
sebagai larutan standar untuk titrasi asam basa.
5.4 Menentukan
Na2CO3 dalam soda
Dalam percobaan ini ion karbonat dititrasi dengan asam kuat yaitu HCl.
Reaksi :
CO3
2- + H3O + ===>
HCO3 - + H2O
HCO3
- + H3O + ===> H2CO3 + H2O
(Underwood, 1990)
Indikator yang digunakan pada percobaan ini adalah metil
orange karena produk yang terbentuk adalah asam lemah, sehingga kesetimbangan
tercapai pada pH < 7. Terjadinya
titik akhir titrasi ditandai dengan terjadinya perubahan warna dari coklat
kekuningan ke merah muda. Dari perhitungan diperoleh kemurnian Na2CO3
sebesar 104,86%.
5.5 Menentukan campuran NaOH + Na2CO3
Dalam percobaan ini yang berperan sebagai larutan
standar adalah HCl guna menetapkan campuran NaOH + Na2CO3.
Campuran NaOH + Na2CO3
memiliki dua titik ekivalen sehingga agar dapat mengetahui titik akhir titrasi
digunakan dua indikator. Agar dapat mengetahui titik akhir titrasi yang pertama
dengan menambahkan indikator phenolphthalein dan titik akhir titrasi yang kedua
dengan menambahkan indikator metil orange.
Pada titik akhir titrasi pertama, NaOH dinetralkan secara sempurna
sedangkan Na2CO3 tepat bereaksi menghasilkan HCO3–
Reaksinya :
NaOH + HCl ===> NaCl + H2O
CO32- + H+ ====> HCO3-
Indikator phenolphthalein digunakan dalam penentuan titik akhir titrasi
yang pertama karena larutan bersuasana basa.
Pada titik akhir titrasi yang kedua HCO3– bereaksi
dengan H+ dari HCl membentuk H2CO3, sehingga
larutan bersuasana lebih asam, dimana indikator metil orange bekerja secara
optimal pada trayek pH = 3,2 – 4,4 atau pH < 7
Reaksi :
HCO3- + H+ ===> H2CO3
Dari sample perhitungan sampel mengandung 31,2 mg NaOH dan 392,2 mg Na2CO3
dalam 50 ml larutan campuran.
5.6 Menentukan campuran Na2CO3
+ NaHCO3
Dalam percobaan ini yang berparan sebagai larutan
standar adalah HCl guna menentukan campuran Na2CO3 +
NaHCO3. Campuran Na2CO3 + NaHCO3 memiliki
dua titik ekivalen sehingga untuk mengetahui titik akhir titrasi digunakan dua
indikator berbeda. Agar dapat mengetahui titik akhir titrasi yang pertama
dengan menambahkan indikator phenolphthalein dan titik akhir titrasi yang kedua
dengan menambahkan indikator metil orange.
Pada titik akhir titrasi yang pertama Na2CO3 bereaksi
dan menghasilkan HCO3 – yang bersifat sedikit basa.
Reaksi :
CO32- + H+ ===> HCO3 –
Pada titik akhir titrasi yang kedua
digunakan indicator metal orange, dimana pada titrasi ini bikarbonat yang
berasal dari hasil karbonat dan yang ada dalam larutan, tepat bereaksi dengan
HCl menghasilkan H2CO3 yang bersifat asam.
Reaksi :
HCO3-+ H+ ===> H2CO3 ( HCO3-
berasal dari hasil reaksi CO32- + H+)
HCO3- + H+ ===> H2CO3
( HCO3- dari dalam larutan )
Advertisement
{ 0 komentar... read them below or add one }
Posting Komentar