KOLOID
Keadaan koloid adalah suatu
keadaan antara larutan dan suspensi. Suatu kerumunan/kumpulan dari beberapa
ratus atau beberapa ribu partikel yang membentuk partikel lebih besar dengan
ukuran sekitar 10 Å sampai 2 000 Å dikatakan berada dalam keadaan koloid. Dalam
suatu sistem koloid, partikel-partikel koloid terdispersi (tersebar) dalam
medium pendispersinya. Zat terdispersi maupun medium pendispersi koloid dapat
berupa zat padat, cair, atau gas. Terdapat 8 tipe sistem koloid, yaitu busa
(gas dalam cair), busa padat (gas dalam padat), aerosol padat (cair dalam gas),
emulsi (cair dalam cair), emulsi padat (cair dalam padat), aerosol padat (padat
dalam gas), sol (padat dalam cair), dan sol padat (padat dalam padat).
Sifat
Sistem Koloid
Efek Tyndall, adalah gejala
penghamburan cahaya oleh partikel-partikel koloid. Partikel koloid
menghamburkan cahaya ke segala arah, sehingga partikel koloid yang sebenarnya
tidak terlihat akan tampak sebagai titik-titik terang. Efek Tyndall ini dapat
digunakan untuk membedakan antara koloid dengan larutan maupun suspensi. Efek
Tyndall yang ditunjukkan oleh larutan tidak begitu nyata. Dalam suspensi cahaya
tidak dapat dilewatkan.
Gerak Brown, yaitu gerakan
terus-menerus secara acak/berliku-liku dari partikel koloid dalam mediumnya.
Gerakan ini terjadi karena adanya tumbukan oleh molekul-molekul pada sisi-sisi
partikel yang tidak sama. Dengan adanya gerak Brown ini maka partikel koloid
terhindar dari pengendapan karena terus-menerus bergerak.
Adsorpsi, yaitu penyerapan pada
permukaan partikel koloid oleh adanya gaya adhesi zat-zat asing. Daya adsorpsi
koloid sangat besar karena permukaan partikel koloid yang tersingkap sangat
luas bila dibandingkan permukaan zat padat dengan jumlah yang sama. Koloid yang
berbeda akan mengadsorpsi zat-zat yang berbeda pula. Sifat adsorpsi koloid ini
umumnya digunakan untuk mengadsorpsi/membuang kotoran/warna dan bau, memisahkan
campuran, memekatkan bijih tambang, dan proses pemurnian lainnya.
Topeng gas/masker biasanya
mengandung arang teraktifkan atau bahan koloid lainnya untuk mengadsorpsi
asap/gas beracun yang berukuran koloid. Filter pada rokok juga berfungsi untuk
mengadsorpsi/mengurangi asap/partikel-partikel senyawa yang berukuran koloid. Pada
alat pengendap Cottrel terjadi adsorpsi untuk membersihkan asap
pekat/partikel-partikel pencemar yang berukuran koloid dari gas buang mesin
industri atau untuk memulihkan zat padat yang terbubuk halus berukuran koloid
dan masih berharga agar tidak terbuang bersama asap/gas buang. Pada
kromatografi, komponen-komponen campuran terpisahkan karena perbedaan dalam
adsorpsi oleh koloid pengadsorpsinya (adsorben). Pada peristiwa dialisis,
partikel koloid dapat dipisahkan dari air/medium dan ion-ion berukuran kecil
yang tidak diinginkan, karena partikel koloid teradsorpsi pada permukaan
pori-pori membran semi permeabel. Bahan membran semi permeabel ini misalnya
selaput hewani alamiah, kertas perkamen, selofan, dan plastik sintetik. Pada
alat cuci darah untuk pasien gagal ginjal terjadi dialisis untuk membuang sisa
metabolisme seperti urea dan kreatina dari dalam darah.
Kestabilan
Sistem Koloid
Koloid gas dan kebanyakan
koloid cairan tidak mengendap dalam waktu yang sangat lama (stabil). Kestabilan
koloid ini disebabkan karena adanya gerak Brown. Meskipun telah sampai ke dasar
tempatnya, partikel koloid dapat naik kembali dan terus bergerak dalam
mediumnya. Penyebab lainnya karena umumnya partikel koloid mengadsorpsi ion.
Partikel koloid yang sama akan mengadsorpsi ion-ion yang sejenis, sehingga
partikel-partikel koloid itu saling tolak-menolak karena pengaruh ion sejenis
yang telah diadsorpsi. Partikel koloid sebenarnya tidak bermuatan listrik
(netral). Peristiwa elektroforesis dapat digunakan untuk mengetahui jenis
muatan ion yang diadsorpsi koloid. Jika koloid mengumpul pada elektroda
negatif, berarti koloid telah mengadsorpsi ion positip, dan sebaliknya.
Kestabilan
koloid dapat juga disebabkan adanya adsorpsi molekul atau koloid yang lain
(koloid protektif/pelindung). Misalnya gelatin sebagai penstabil es krim.
Emulsi dapat terbentuk karena adanya koloid lain (emulgator/pengemulsi) sebagai
pengadsorpsi. Misalnya sabun sebagai pengemulsi minyak/lemak dan air. Pengemulsi
yang lain misalnya kasein dalam susu, dan kuning telur dalam pembuatan mayones.
Jika partikel-partikel
koloid saling bergabung dan terkumpul menjadi partikel yang semakin besar, maka
koloid akan terkoagulasi (menggumpal) dan akhirnya akan mengendap. Secara kimia
koagulasi partikel koloid dapat terjadi karena ion-ion yang telah diadsorpsi
partikel koloid dilucuti atau dinetralkan. Misalnya dengan cara elektrolisis
atau dicampurkan elektrolit/ion yang muatannya berlawanan. Cara lain yaitu
dicapur dengan koloid lain yang telah mengadsorpsi ion yang muatannya
berlawanan. Ion-ion itu akan saling tarik menarik dengan membawa serta partikel
koloid yang mengadsorpsinya.
Secara fisika koagulasi
koloid dapat terjadi karena pemanasan atau pendinginan. Misalnya telur atau
santan kelapa dapat menggumpal jika dipanaskan. Es lilin bisa menjadi keras
karena didinginkan.
Advertisement
{ 0 komentar... read them below or add one }
Posting Komentar