DIAGRAM TERNER (SISTEM ZAT CAIR TIGA KOMPONEN)

Diposting oleh Ilmu Alam Bercak on Kamis, 14 Maret 2013


DIAGRAM TERNER

(SISTEM ZAT CAIR TIGA KOMPONEN)


Percobaan diagram terner (zat cair tiga komponen) ini bertujuan untuk membuat kurva kelarutan suatu cairan (benzena) yang terdapat dalam dua campuran tertentu (kloroform dan air). Prinsip percobaan ini adalah “like dissolve like”, yaitu suatu senyawa terlarut sempurna pada pelarut yang kepolarannya cenderung sama, misalnya senyawa polar terlarut pada pelarut polar, ataupun sebaliknya. Selain itu juga menggunakan prinsip kelarutan tiga komponen menurut “aturan fasa Gibbs”.

Metode yang digunakan adalah titrasi (dengan menambahkan zat ketiga yang mampu menambahkan atau mengurangi kelarutan dari dua campuran yaitu kloroform dan air). serta untuk mencari volume titran pada titik akhir titrasi (yaitu, Titik pada saat tidak terjadi perubahan warna. Yaitu dari larutan bening agak keruh menjadi larutan keruh).

Kloroform dan air tidak dapat bercampur sempurna membentuk fase tunggal. karena air bersifat polar sedangkan kloroform bersifat semipolar. Perbedaan kepolaran air dan kloroform tidak terlalu besar sehingga kedua larutan tersebut tidak dapat bercampur sempurna. Terbentuknya dua fase yang tidak saling campur sempurna ini, bisa dibedakan antara air dengan kloroform.

Pada saat kesembilan campuran air dengan kloroform ini dititrasi oleh larutan benzena, larutan berubah menjadi keruh. Hal ini terjadi karena pecahnya larutan tiga komponen menjadi dua larutan konjugat terner. Pada kondisi ini campuran yang merupakan fasa tunggal berubah menjadi campuran fasa biner (yaitu satu fasa berupa campuran antara air dan benzena, dan fasa yang lainnya yaitu antara air dan kloroform). Hal ini terjadi karena penambahan benzena pada dua cairan yang dapat bercampur sempurna akan mempengaruhi kelarutan dari cairan air dan kloroform tersebut, dimana benzena akan terlarut sebagian ke dalam air dan kloroform. Pemvariasian volume dimaksudkan untuk memudahkan saat membuat kurva dan mengolahnya menjadi diagram terner. Pada kuva tentu harus didapatkan beberapa titik, karena kurva terdiri lebih dari satu titik. Jadi, dengan memvaraisikan volume air (C) dan kloroform (A) akan didapat lebih dari satu titik untuk diplotkan pada kurva.

Pada saat titrasi warna keruh yang dihasilkan tidak boleh terlalu keruh,karena jika terlalu keruh berarti kelarutan benzena pada larutan air dan kloroform tersebut sudah terlalu jenuh.
Dari hasil percobaan didapatkan hasil berupa peningkatan fraksi mol air dengan semakin meningkatnya komposisi air didalam Erlenmeyer. Hal ini dikarenakan dengan meningkatnya komposisi atau volume air maka volume kloroform yang terdapat dalaam Erlenmeyer berkurang sehingga fraksi mol airnya menjadi lebih besar dari fraksi mol kloroform karena mol bebanding lurus dengan volume (n=ρ.v/BM).

Dari data pengamatan akan terlihat bahwa peningkatan fraksi mol air diikuti dengan penurunan fraksi mol benzena. Hal ini karena sesuai prinsip “like dissolve like”. Kepolaran benzena berbeda dengan kepolaran air, sehingga benzena semakin sulit larut dengan banyaknya air yang ada, kalaupun bias benzene lebih akan cenderung ke kloroform yang semipolar. Karena itu peningkatan fraksi mol benzene.

Dari hasil ini, akan diolah menjadi suatu kurva atau diagram terner (yaitu suatu diagram fasa system zat cair tiga komponen yang digambarrkan dalam suatu segitiga sama sisi).
Diagram terrner memudahkan untuk memahami bagaimana pengaruh penambahan suatu zat terhadap kelarutan dua campuran yang tadinya saling larut ssempurna.
Dari hasil pembuatan kurva kelarutan suatu cairan pada system tiga komponen ini dapat diketahui bahwa benzena banyak larut dalam kloroform, sedangkan pada air benzene hanya akan larut sedikit atau larut sebagian.
Advertisement

2 komentar:

  1. Blog ini sangat membantu saya dalam mengerjakan tugas,
    makasih gan infonya,,

    BalasHapus
  2. trimakasih atas infonya gan,

    BalasHapus