Teknik Pengolahan Air Limbah
Industri
pengolahan hasil pertanian merupakan salah satu penyumbang limbah cair yang
signifikan bagi lingkungan. Bagi industri-industri besar, seperti industri
kelapa sawit, teknologi pengolahan limbah cair yang dihasilkannya mungkin sudah
memadai, namun tidak demikian bagi industri kecil atau sedang yang memiliki
keterbatasan dalam pemahaman mengenai pentingnya pengelolaan limbah.
Teknologi pengolahan air limbah
merupakan salah satu teknik untuk menurunkan tingkat pencemaran dan bahaya dari
air limbah bagi lingkungan dan manusia. Terdapat beragam teknologi pengolahan
air limbah yang dapat diterapkan namun perlu dipertimbangkan beberapa hal
yaitu:
harus
dapat dioperasikan dan dipelihara oleh pihak industri
harus
dapat menurunkan pencemaran dalam air limbah ke tingkat yang sesuai atau lebih
rendah dari baku mutu yang ditetapkan
harus layak secara ekonomi dalam pembangunan (konstruksi),
operasional dan pemeliharaannya
Berbagai teknik pengolahan air limbah
untuk mengurangi bahan polutan didalamnya telah dicoba dan dikembangkan selama
ini. Pengolahan air limbah yang telah dikembangkan tersebut secara umum terbagi
menjadi 3 teknik pengolahan yaitu pengolahan secara fisika, kimia dan biologi.
Untuk mengolah suatu jenis air limbah tertentu, ketiga teknik pengolahan
tersebut dapat diaplikasikan secara sendiri-sendiri, kombinasi dari dua teknik
atau ketiganya.
a. Pengolahan Secara Fisika
Pada umumnya, sebelum dilakukan
pengolahan lanjutan terhadap air limbah, bahan-bahan tersuspensi berukuran
besar dan mudah mengendap atau bahan-bahan yang terapung disisihkan terlebih
dahulu. Terdapat 5 cara untuk melakukan pemisahan bahan-bahan cemaran tersebut
dalam air limbah yaitu dengan penyaringan, presipitasi, flotasi, filtrasi dn
sentrifugasi.
Penyaringan (screening) merupakan
cara yang efisien dan murah untuk menyisihkan bahan tersuspensi yang berukuran
besar. Sedangkan bahan tersuspensi yang mudah mengendap dapat disisihkan secara
mudah dengan proses pengendapan. Parameter desain yang utama untuk proses
pengendapan ini adalah kecepatan mengendap partikel dan waktu detensi hidrolis
di dalam bak pengendap.
Proses flotasi banyak digunakan untuk
menyisihkan bahan-bahan yang mengapung seperti minyak dan lemak agar tidak
mengganggu proses pengolahan berikutnya. Flotasi juga dapat digunakan sebagai
cara penyisihan bahan-bahan tersuspensi (clarification) atau pemekatan
lumpur endapan (sludge thickening) dengan memberikan aliran udara ke
atas (air flotation).
Proses
filtrasi di dalam pengolahan air limbah, biasanya dilakukan untuk mendahului
proses adsorbsi atau proses reverse osmosis-nya, akan dilaksanakan untuk
menyisihkan sebanyak mungkin
partikel tersuspensi dari dalam air agar tidak mengganggu proses adsorbsi atau
menyumbat membran yang dipergunakan dalam proses osmosa.
Proses adsorbsi, biasanya dengan
karbon aktif, dilakukan untuk menyisihkan senyawa aromatik (misalnya: fenol)
dan senyawa organik terlarut lainnya, terutama jika diinginkan untuk
menggunakan kembali air limbah tersebut. Teknologi membran (reverse osmosis) biasanya
diaplikasikan untuk unit-unit pengolahan kecil, terutama jika pengolahan
ditujukan untuk menggunakan kembali air yang diolah. Biaya instalasi dan
operasinya sangat mahal.
b. Pengolahan Secara Kimia
Pengolahan
air limbah secara kimia biasanya dilakukan untuk menghilangkan
partikel-partikel yang tidak mudah mengendap (koloid), logam-logam berat,
senyawa fosfor, dan zat organik beracun; dengan membubuhkan bahan kimia
tertentu yang diperlukan. Penyisihan bahan-bahan tersebut pada prinsipnya
berlangsung melalui perubahan sifat bahan-bahan tersebut, yaitu dari tak dapat
diendapkan menjadi mudah diendapkan (flokulasi-koagulasi), baik dengan atau
tanpa reaksi oksidasi-reduksi, dan juga berlangsung sebagai hasil reaksi
oksidasi.
Pengendapan bahan tersuspensi yang
tak mudah larut dilakukan dengan membubuhkan elektrolit yang mempunyai muatan
yang berlawanan dengan muatan koloidnya agar terjadi netralisasi muatan koloid
tersebut, sehingga akhirnya dapat diendapkan. Penyisihan logam berat dan
senyawa fosfor dilakukan dengan membubuhkan larutan alkali (air kapur misalnya)
sehingga terbentuk endapan hidroksida logam-logam tersebut atau endapan
hidroksiapatit. Endapan logam tersebut akan lebih stabil jika pH air > 10,5
dan untuk hidroksiapatit pada pH > 9,5. Khusus untuk krom heksavalen,
sebelum diendapkan sebagai krom hidroksida [Cr(OH)3], terlebih dahulu direduksi
menjadi krom trivalent dengan membubuhkan reduktor (FeSO4, SO2, atau Na2S2O5).
Penyisihan
bahan-bahan organik beracun seperti fenol dan sianida pada konsentrasi rendah
dapat dilakukan dengan mengoksidasinya dengan klor (Cl2), kalsium permanganat,
aerasi, ozon hidrogen peroksida. Pada dasarnya kita dapat memperoleh efisiensi
tinggi dengan pengolahan secara kimia, akan tetapi biaya pengolahan menjadi
mahal karena memerlukan bahan kimia.
c.
Pengolahan secara biologi
Semua
air limbah yang mengandung bahan organik dapat diolah secara biologi
(biodegradable). Sebagai pengolahan sekunder, pengolahan secara biologi banyak
diterapkan karena merupakan pengolahan yang murah, efisien dan lebih ramah
lingkungan.
Pada dasarnya, reaktor pengolahan
secara biologi dapat dibedakan atas dua jenis, yaitu: 1. Reaktor pertumbuhan
tersuspensi (suspended growth reactor);
2. Reaktor pertumbuhan lekat (attached
growth reactor).
Di
dalam reaktor pertumbuhan tersuspensi, mikroorganisme tumbuh dan berkembang
dalam keadaan tersuspensi. Proses lumpur aktif yang banyak dikenal berlangsung
dalam reaktor jenis ini. Proses lumpur aktif terus berkembang dengan berbagai
modifikasinya, antara lain: oxidation ditch dan kontak-stabilisasi.
Dibandingkan dengan proses lumpur aktif konvensional, oxidation ditch mempunyai
beberapa kelebihan, yaitu efisiensi penurunan BOD dapat mencapai 85%-90%
(dibandingkan 80%-85%) dan lumpur yang dihasilkan lebih sedikit. Selain
efisiensi yang lebih tinggi (90%-95%), kontak stabilisasi mempunyai kelebihan
yang lain, yaitu waktu detensi hidrolis total lebih pendek (4-6 jam). Proses
kontak-stabilisasi dapat pula menyisihkan BOD tersuspensi melalui proses
absorbsi di dalam tangki kontak sehingga tidak diperlukan penyisihan BOD
tersuspensi dengan pengolahan pendahuluan.
Kolam oksidasi dan lagoon, baik yang
diaerasi maupun yang tidak, juga termasuk dalam jenis reaktor pertumbuhan
tersuspensi. Untuk iklim tropis seperti Indonesia, waktu detensi hidrolis
selama 12-18 hari di dalam kolam oksidasi maupun dalam lagoon yang tidak
diaerasi, cukup untuk mencapai kualitas efluen yang dapat memenuhi standar yang
ditetapkan. Di dalam lagoon yang diaerasi cukup dengan waktu detensi 3-5 hari
saja. Di dalam reaktor pertumbuhan lekat, mikroorganisme tumbuh di atas media
pendukung dengan membentuk lapisan film untuk melekatkan dirinya. Berbagai
modifikasi telah banyak dikembangkan selama ini, antara lain trickling filter,
cakram biologi, filter terendam dan reaktor fludisasi
Seluruh modifikasi ini dapat
menghasilkan efisiensi penurunan BOD sekitar 80%-90%. Ditinjau dari segi
lingkungan dimana berlangsung proses penguraian secara biologi, proses ini
dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:
1. Proses aerob, yang berlangsung dengan hadirnya oksigen;
2. Proses anaerob, yang berlangsung
tanpa adanya oksigen.
Apabila
BOD air limbah tidak melebihi 400 mg/l, proses aerob masih dapat dianggap lebih
ekonomis dari anaerob. Pada BOD lebih tinggi dari 4.000 mg/l, proses anaerob
menjadi lebih ekonomis.
Advertisement
Septic tank fibreglass merupakan salah satu produk dari PT. RAJAWALI FIBREGLASS yang berfungsi untuk menangani permasalahan pengolahan pada limbah domestik.
BalasHapus