Kromatografi Lapis Tipis
Kromatografi Lapis Tipis ialah metode
pemisahan fisikokimia. Lapisan yang memisahkan, yang terdiri atas bahan
berbutir-butir (fase diam), ditempatkan pada penyangga berupa pelat gelas,
logam, atau lapisan yang cocok. Campuran yang akan dipisah, berupa larutan,
ditotolkan berupa bercak atau pita. Setelah pelat atau lapisan ditaruh di dalam
bejana tertutup rapat yang berisi larutan pengembang yang cocok (fase gerak),
pemisahan terjadi selama perambatan kapiler (pengembangan). Selanjutnya,
senyawa yang tidak berwarna harus ditampakkan (dideteksi).
Kromatografi lapis tipis digunakan
untuk memisahkan senyawa-senyawa yang sifatnya hidrofob seperti lipida-lipida
dan hidrokarbon. Sebagai fase diam digunakan senyawa yang tak bereaksi seperti silica
gel atau alumina. Silica gel biasa diberi pengikat yang dimaksudkan
untuk memberikan kekuatan pada lapisan dan menambah adhesi pada gelas
penyokong. Pengikat yang biasa digunakan adalah kalsium sulfat.
Fase diam pada KLT dapat berupa fase
polar maupun non polar, diantaranya :
a. Silica gel
Fase diam ini dapat digunakan sebagai
fase polar maupun non polar. Untuk fase polar, merupakan silika yang dibebaskan
dari air, bersifat sedikit asam. Silica gel perlu ditambah gips (kalsium
sulfat) untuk memperkuat pelapisannya pada pendukung. Sebagai pendukung
biasanya lapisan tipis digunakan kaca dengan ukuran 20x20 cm, 10x20 cm, atau
5x10 cm. pendukung yang lain berupa lembaran alumunium atau plastik seperti
ukuran di atas yang umumnya dibuat oleh pabrik. Silica gel kadang-kadang
ditambah senyawa fluoresensi, agar bila disinari dengan sinar UV dapat
berfluoresensi atau berpendar, sehingga dikenal dengan silica gel GF254
yang berarti silica gel dengan fluoresen yang berpendar pada 254 nm.
Silica gel untuk fase non polar terbuat dari
silika yang dilapisi dengan senyawa non polar misalnya, lemak, parafin, minyak
silikon raber gom, atau lilin. Dengan fase tersebut fase gerak air yang polar
dapat digunakan sebagai eluen. Fase diam ini dapat memisahkan banyak senyawa,
namun elusinya sangat lambat dan hasil uji ulangnya kurang bagus.
b. Alumina (alumunium oksida)
Fase diam ini bersifat sedikit basa,
lebih jarang digunakan. Saat akan digunakan harus diaktifkan kembali dengan
pemanasan. Alumina yang digunakan sebagai fase diam untuk KLT umumnya yang
bebas air, sehingga mempunyai aktivitas penjerapan lebih tinggi.
c. Kiselguhr
Fase diam ini sebenarnya merupakan asam
silika yang amorf, berasal dari kerangka diatomeae, maka lebih dikenal dengan
nama tanah diatomeae, kurang bersifat adsorptif dibanding silika.
d. Magnesium silikat
Fase diam ini hanya digunakan bila
adsorben atau penjerap lain tidak dapat digunakan. Nama lain dalam perdagangan
dikenal dengan floresil.
e. Selulose
Polaritasnya tinggi dapat digunakan
sebagai pemisah secara partisi, baik dengan bentuk kertas maupun bentuk
lempeng. Kedua bentuk tersebut masih sering digunakan untuk pemisahan
flavonoid. Ukuran partikel yang digunakan kira-kira 50 μm, maka elusinya lebih
lambat. Fase diam ini sekarang sudah diganti dengan bubuk selulosa yang dapat
dilapiskan pada kaca seperti halnya fase diam yang lain sehingga lebih efisien
dan lebih banyak digunakan untuk memisahkan senyawa-senyawa polar atau isomer .
f. Resin
Fase diam resin digunakan pada KLT
penukar ion. Resin merupakan polimer dari stirendivenil yang mengalami
kopolimerisasi, bersifat non polar. Fase diam ini sangat berguna untuk
memisahkan senyawa berbobot molekul tinggi dan bersifat amfoter seperti asam
amino, protein, enzim, nukleotida. Sebagai fase gerak digunakan larutan asam
kuat atau basa kuat.
Fase gerak ialah medium angkut dan
terdiri atas satu atau beberapa pelarut. Yang digunakan hanyalah pelarut
bertingkat mutu analitik. Sistem pelarut multikomponen ini harus berupa satu
campuran sesederhana mungkin yang terdiri atas maksimum tiga komponen.
Advertisement
{ 0 komentar... read them below or add one }
Posting Komentar