TERJEMAH MINHAJUL QOWIM Bag.6

Diposting oleh Ilmu Alam Bercak on Jumat, 30 September 2022

📚 *TERJEMAH MINHAJUL QOWIM Bag.6*
===================

لَا سِيَّمَا لَيْلَةُ الْمِعْرَاجِ الْمُتَكَفَّلَةُ بِغَايَاتِ الْكَمَالَاتِ الْمُفَاضَةِ عَلَيْهِ ﷺ فِيْ تِلْكَ اللَّيْلَةِ وَمَا بَعْدَهَا
Terlebih lagi pada malam mi'roj yang [berisi] jaminan [Alloh] dengan puncak-puncak kesempurnaan yang tercurah kepada Nabi ﷺ pada malam tersebut dan pada hari-hari setelahnya.

*(وَرَسُوْلُهُ)* هُوَ إِنْسَانٌ ذَكَرٌ حُرٌّ أُوْحِيَ إِلَيْهِ بِشَرْعٍ وَأُمِرَ بِتَبْلِيْغِهِ وَإِنْ لَمْ يَكُنْ لَهُ كِتَابٌ وَلَا نَسْخٌ لِشَرْعِ مَنْ قَبْلَهُ
*(dan Rosul-Nya)* Rosul adalah manusia berjenis kelamin laki-laki lagi merdeka, yang diwahyukan kepadanya berupa syari'at [ajaran-ajaran agama] dan diperintahkan untuk menyampaikannya [kepada umat], meskipun ia tidak mempunyai kitab suci dan tidak menghapus syari'at Nabi sebelumnya.

وَآثَرَهُ عَلَى النَّبِيِّ لِأَنَّهُ أَفْضَلُ
Dan pengarang [Syekh Abdulloh bin Abdurrohman Bafadhol Al-Hadhromiy] lebih memilih lafazh Rosul atas lafazh Nabi, karena sesungguhnya Rosul lebih utama.

لٰكِنْ قَالَ ابْنُ عَبْدِ السَّلَامِ نُبُوَّةُ الرَّسُوْلِ أَفْضَلُ مِنْ رِسَالَتِهِ لِتَعَلُّقِهَا بِاللّٰهِ تَعَالٰى وَتَعَلُّقُ الرِّسَالَةِ بِالْخَلْقِ
Akan tetapi Syekh Ibnu Abdus Salam telah berkata: _"Kenabian seorang Rosul itu lebih utama dari pada kerosulannya, karena kenabian itu berkaitan dengan Alloh Ta’ala, sedangkan kerosulan itu berkaitan dengan mahluk"_.

وَفِيْهِ نَظَرٌ بَيَّنْتُهُ فِيْ غَيْرِ هٰذَا الْكِتَابِ
Dan di dalam pernyataan beliau terdapat pertimbangan yang saya [Syekh Ibnu Hajar Al-Haitamiy] telah menjelaskannya pada selain kitab [Al-Minhajul Qowim] ini.

*(الْمَبْعُوْثُ رَحْمَةً لِلْأَنَامِ)* أَيِ الْخَلْقِ أَمَّا كَوْنُهُ رَحْمَةً لِلْخَلْقِ فَدَلَّ عَلَيْهِ الْكِتَابُ وَالسُّنَّةُ وَالْإِجْمَاعُ
*(yang diutus sebagai rahmat bagi semua makhluk)* yakni [seluruh] mahluk. Adapun keberadaan diutusnya Nabi Muhammad sebagai rahmat bagi seluruh mahluk, maka Al-Kitab [Al-Qur’an], As-Sunnah [hadits] dan ijma' [kesepakatan Ulama] telah menunjukkan atas hal itu.

وَمَعْنٰى كَوْنِهِ رَحْمَةً لِلْكَافِرِ أَنَّهُ لَا يُعَاجَلُ بِالْعُقُوْبَةِ وَالْأَخْذِ بَغْتَةً كَمَا وَقَعَ لِأْمَمِ مَنْ قَبْلَهُ
Dan pengertian keberadaan diutusnya Nabi Muhammad sebagai rahmat bagi orang kafir adalah bahwasanya orang kafir tidak disegerakan untuk disiksa dan dihukum [oleh Alloh] secara mendadak, sebagaimana yang pernah terjadi pada umat-umat Nabi sebelum beliau.

وَأَمَّا كَوْنُهُ مَبْعُوْثًا لِلْخَلْقِ بِنَاءً عَلٰى تَعَلُّقِ قَوْلِهِ لِلْأَنَامِ بِقَوْلِهِ الْمَبْعُوْثُ
Adapun keberadaan Nabi Muhammad sebagai utusan bagi seluruh mahluk, berdasarkan atas keterkaitan ucapan pengarang [Syekh Abdulloh bin Abdurrohman Bafadhol Al-Hadhromiy]: _*"lil-Anāmi "*_ dengan ucapan beliau: _*"al-mab'ūtsu”*_,

فَهُوَ مَا ذَكَرَهُ بَعْضُ الْمُحَقِّقِيْنَ لِخَبَرٍ صَحِيْحٍ يَدُلُّ لَهُ وَهُوَ اللَّائِقُ بِعُلُوِّ مَقَامِهِ ﷺ
maka ucapan beliau adalah pendapat yang sebagian ulama ahli hakikat telah menuturkannya, berdasarkan hadits shohih yang menunjukkan akan hal itu. Dan ucapan beliau itu adalah hal yang layak dengan keluhuran kedudukan Nabi ﷺ.

وَقَدْ بَيَّنْتُ فِيْ بَعْضِ الْفَتَاوِيْ أَنَّ الْأَصَحَّ أَنَّهُ ﷺ مُرْسَلٌ لِلْمَلَائِكَةِ بِمَا فِيْهِ مُقْنِعٌ لِمَنْ تَدَبَّرَهُ
Dan sungguh saya [Syekh Ibnu Hajar Al-Haitamiy] telah menjelaskan di sebagian kitab al-Fatawiy, bahwa sesungguhnya pendapat yang lebih shohih adalah bahwasanya Nabi Muhammad ﷺ diutus kepada para malaikat dengan suatu [keterangan] yang mencukupi [yang tersirat] di dalamnya, bagi siapa saja yang merenunginya.

*(صَلَّى اللّٰهُ وَسَلَّمَ عَلَيْهِ)* مِنَ الصَّلَاةِ وَهِيَ الرَّحْمَةُ الْمَقْرُوْنَةُ بِتَعْظِيْمٍ
*(semoga Alloh mencurahkan rahmat dan memberikan keselamatan atas-nya)* [Lafazh _*shollā*_ terambil] dari lafazh _*ash-Sholāh*_, yaitu rahmat yang diiringi dengan pengagungan,

وَيُخْتَصُّ لَفْظُهَا بِالْأَنْبِيَاءِ وَالْمَلَائِكَةِ فَلَا يُقَالُ لِغَيْرِهِمْ إِلَّا تَبَعًا
dan dikhususkan lafazh sholawat itu hanya untuk para Nabi dan para Malaikat, maka lafazh sholawat tersebut tidak boleh diucapkan bagi selain mereka, kecuali mereka sebagai pengikut [Nabi atau malaikat dalam penyebutan sholawat],

*(وَعَلٰى آلِهِ)* هُمْ أَقَارِبُهُ الْمُؤْمِنُوْنَ مِنْ بَنِيْ هَاشِمٍ وَالْمُطَّلِبِ
*(dan atas keluarga beliau)*, mereka adalah para kerabat beliau yang beriman dari keturunan Bani Hasyim dan Bani Al-Muththolib.

وَقَدْ يُرَادُ بِهِمْ فِيْ مَقَامِ الصَّلَاةِ كُلُّ مُؤْمِنٍ لِخَبَرٍ ضَعِيْفٍ فِيْهِ
Dan terkadang yang dimaksud dengan keluarga Nabi Muhammad dalam kedudukan do'a adalah setiap orang yang beriman, berdasarkan hadits dhoif [yang menuturkan] mengenai hal itu.

*(وَصَحْبِهِ)* اِسْمُ جَمْعٍ لِصَاحِبٍ وَهُوَ مَنِ اجْتَمَعَ بِالنَّبِيِّ ﷺ وَلَوْ لَحْظَةً وَإِنْ لَمْ يَرَهُ وَلَمْ يَرْوِ عَنْهُ مُؤْمِنًا وَمَاتَ عَلَى الْإِيْمَانِ
*(dan para sahabat beliau)* [lafazh _*shohbi*_ ] adalah isim jamak untuk lafazh _*shōhib*_. Sahabat Nabi adalah orang yang pernah berkumpul dengan Nabi ﷺ walaupun hanya sebentar dan Nabi tidak pernah melihatnya dan ia tidak pernah meriwayatkan [satu hadis pun] dari beliau, [serta orang itu] beriman dan wafat dalam keadaan beriman.
Advertisement

{ 0 komentar... read them below or add one }

Posting Komentar