Pulai (Alstonia scholaris [L.] R. Br.)

Diposting oleh Ilmu Alam Bercak on Minggu, 24 Maret 2013


Pulai

Pulai (Alstonia scholaris [L.] R. Br.)
Sinonim : A. spectabilis, R.Br.
Familia : Apoeynaccae
Nama Lokal
Lame (Sunda), pule (Jawa), polay (Madura). kayu gabus, pulai (Sumatera). hanjalutung (Kalimantan), kaliti, reareangou, bariangow, rariangow, wariangow, mariangan, deadeangow, kita (Minahasa), rite (Ambon), tewer (Banda), Aliag (Irian), hange (Ternate). devil's tree, ditta bark tree (Inggris). Chatian, saitan-kajhad, saptaparna (India, Pakistan). Co tin pat, phayasattaban (Thailand).
Detail
Pulai yang termasuk suku kamboja-kambojaan, tersebar di seluruh Nusantara. Di Jawa pulai tumbuh di hutan jati, hutan campuran dan hutan kecil di pedesaan, ditemukan dari dataran rendah sampai 900 m dpl. Pulai kadang ditanam di pekarangan dekat pagar atau ditanam sebagai pohon hias. Tanaman berbentuk pohon, tinggi 20 - 25 m. Batang lurus, diameternya mencapai 60 cm, berkayu, percabangan menggarpu. Kulit batang rapuh, rasanya sangat pahit, bergetah putih.
Daun tunggal, tersusun melingkar 4 - 9 helai, bertangkai yang panjangnya 7,5 – 15 mm, bentuknya lonjong sampai lanset atau lonjong sampai bulat telur sungsang, permukaan atas licin, permukaan bawah buram, tepi rata, pertulangan menyirip, panjang 10 - 23 cm, lebar 3 - 7,5 cm, warna hijau. Perbungaan majemuk tersusun dalam malai yang bergagang panjang, keluar dari ujung tangkai. Bunga wangi berwarna hijau terang sampai putih kekuningan, berambut halus yang rapat. Buah berupa buah bumbung berbentuk pita yang panjangnya 20 - 50 cm, menggantung.
Biji kecil, panjang 1,5 - 2 cm, berambut pada bagian tepinya dan berjambul pada ujungnya. Perbanyakan dengan biji atau setek batang dan cabang.
Komposisi
Sifat kimiawi dan efek farmakologis
Kulit kayu rasanya pahit, tidak berbau.
Kandungan kimia
Kulit kayu mengandung alkaloida ditain, ekitamin (ditamin), ekitenin, ekitamidin, alstonin, ekiserin, ekitin, ekitein, porfirin, dan triterpen (alfa-amyrin dan lupeol). Daun mengandung pikrinin. Sedangkan bunga pulai mengandung asam ursolat dan lupeol. Efek Farmakologis dan Hasil Penelitian :
1. Zat aktif triterpenoid dari kulit kayu pulai dapat menurunkan kadar glukosa darah
2. Ekstrak air kulit kayu pulai secara in vivo dapat menekan daya infeksi telur cacing gelang babi (Ascaris suum) pada dosis 130 mg/ml dan secara invitro menekan perkembang telur berembrio menjadi larva an pada dosis 65 mg/ml
3. Pemberian infus 10% kulit kayu pulai dengan dosis 0,7; 1,5 dan 39/kg bb kelinci mempunyai efek hipoglikernik
Bagian yang digunakan
Kulit kayu dan daun.
Pemanfaatan untuk obat darah tinggi
Cara Pemakaian
1. Kulit batang pulai 1/4 jari, daun kumis kucing dan daun poncosudo sebanyak 1/5 genggam, daun pegagan, dan daun meniran masing - masing ¼ genggam, buah ketapang 1 buah, gula enau 3 jari.
2. Semua bahan dicuci lalu dipotong-potong seperlunya.
3. Rebus dengan 3 gelas air bersih sampai tersisa 2 1/4 gelas.
4. Setelah dingin disaring, dibagi untuk 3 kali minum.
5. Setiap kaii minum cukup 3/4 gelas.
Aturan Pemakaian
Kulit kayu sebanyak 1-3 g direbus, lalu minum. Untuk pemakaian luar, getahnya diteteskan untuk mematangkan bisul, tertusuk duri dan radang kulit. Air rebusan kulit batang pulai digunakan untuk mencuci luka, radang kulit bernanah, borok atau sebagai obat kumur pada sakit gigi.
Catatan
Ada beberapa jenis pulai, di antaranya pulai putih dan pulai hitam.
Pemanfaatan lain
Selain untuk mengobati darah tinggi, pulai juga dapat dimanfaatkan untuk mengobati :
Demam, Malaria, Limfa membesar, Batuk berdahak, Diare, Disentri, Kurang napsu makan, Perut kembung, Sakit perut, Kolik, Anemia, Kencing manis (diabetes melitus), Wasir, Bisul, Rematik akut, Borok (ulcer), Beri-beri, Payudara bengkak karena ASI.
Advertisement

{ 0 komentar... read them below or add one }

Posting Komentar