PENGUBAHAN ASAM MALEAT MENJADI ASAM
FUMARAT
Percobaan pengubahan asam maleat menjadi asam
fumarat ini bertujuan untuk memahami prinsip dasar isomer ruang khususnya
isomer geometri serta memahami perbedaan sifat fisik antara senyawa yang
berisomer cis dan trans. Dalam hal ini senyawa yang berisomer cis dan trans
adalah asam maleat dan asam fumarat. Prinsip dari percobaan ini adalah reaksi
adisi-eliminsi, yaitu memutuskan ikatan phi dengan reaksi adisi dan kemudian
membentuk kembali dengan menggunakan reaksi eliminasi. Metode yang digunakan
yaitu metode refluks ( yaitu Proses pendidihan atau pendestilasian dengan kolom
fraksionasi sehingga uap yang terbentuk berkondensasi dan mengalir lagi kebawah
akibatnya terjadi proses alir balik dan proses ini berlaku kontinyu), selain itu
juga menggunakan metode kristalisasi (pemisahan endapan dari larutan
berdasarkan perbedaan kelarutan), dan metode rekristalisasi (pemurnian Kristal
dari larutan pengotor).
Asam maleat dan asam fumarat memiliki rumus molekul
yang sama, yaitu HOOCCHHCHCOOH tetapi memiliki susunan yang berbeda dalam
ruang. Isomer geometri adalah isomer yang diakibatkan oleh ketegaran dalam
molekul dan hanya dijumpai dalam dua kelas senyawa, yaitu alkena dan senyawa
siklik. Asam-asam maleat mempunyai struktur cis sedangkan asam fumarat
mempunyai struktur trans.
Proses yang pertama adalah perubahan maleat anhidrid
menjadi asam maleat. Digunakan maleat anhidrid karena lebih stabil dari pada
asamnya, yang disebabkan oleh kebebasan maleat anhidrid untuk bergerak dari
pada asm maleat yang kaku (ada ikatan phi-nya). Maleat anhidrid terdiri dari 2
molekul asam maleat yang tidak mengandung air. Sehingga untuk merubahnya
menjadi asam maleat diperlukan hidrolisis pada suhu tinggi.
Hidrolisis terjadi
sesuai reaksi :
Untuk memecah anhirid maleat diperlukan energy
yang besar untuk memutus ikatan C-O sehingga reaksi dilakukan pada suhu yang
tinggi. Oleh karena itu aquadest (yang bertujuan untuk menghidrolisis/memcah
anhidrid maleat menjadi asam maleat) yang akan ditambahkan dalam keadaan panas.
Suhu tinggi (pemanasan aquadet) ini dimaksudkan untuk memutuskan ikatan C-O,
selain itu aquadest dipanaskan supaya anhidrid maleat mudah larut. Setelah
anhidrid maleat larut dalam air, larutan ini didinginkan dalam air es sampai
asam maleat yang terbentuk mengendap sempuna. Proses pendinginan tersebut
bertujuan untuk proses kristalisasi dengan menurunkan kelarutan produk asam
maleat. Perubahan suhu yang terjadi dapat mempengaruhi struktur morfologi
Kristal, baik pada bentk maupun ukurannya. Jika perubahan suhunya sangat besar,
Kristal yang terbentuk berukuran besar. Namun jika perubahan suhunya tidak
begitu besar dibutuhkan waktu yang lama untuk membentuk Kristal dan Kristal
yang terbentuk lebih kecil dan halus. Karena perubahan suhu yang besar ini akan
menyebabkan daya larut dari suatu larutan akan semakin kecil, dengan semakin
kecilnya daya larut suatu laruatan maka larutan tersebut akan semakin cepat
untuk membentuk Kristal.
Setelah lautan tersebut membentuk
endapan, kemudian disaring dengan tujuan untuk memisahkan endapan asam maleat
dari hasil larutan hidrolisisis anhidrid maleat. Dari percobaan ini titik leleh
dari asam maleat adalah
Filtrate hasil
penyaringan akan diproses lebih lanjut untuk pembuatan asam fumarat dengan
menggunakan reaksi adisi dan elimiasi.
1. Reaksi
Adisi
Pada
tahap ini, filtrate hasil penyaringan yang berupa larutan asam maleat ditambah
dengan HCl pekat. HCl berfungsi untuk mengadisi ikatan rangkap C=C pada asam
maleat. Reaksi ini merupakan reaksi adisi elektofilik karena serangan awal
dilakukan oleh sebuah elektrofil. Reaksi adisi ini menghasilkan ikatan tunggal
C-C yang mudah berotasi sehingga terjadi perubahan letak gugus-gugus yang
terikat pada dua atom C tersebut. Molekul ini dapat mengalami rotasi karena
gugus-gugusnya hanya terikat oleh ikatan sigma, bukan ikatan rangkap (ikatan
phi), sehingga brntuk keseluruhan sebuah molekul selalu berubah
berkesinambungan. Sebuah molekul bukanlah partikel static yang berdiam diri,
melainkan bergerak, memutar dan membengkokkan diri. Hal inilah yang menyebabkan
molekul cenderung untuk berotasi. Akibat rotasi ini, gugus karbonil yang pada
awalnya terletak pada satu sisi (cis) berubah menjadi saling berseberangan
(isomer trans).
Setelah
ditambah dengan HCl, larutan direfluks. Proses refluks bertujuan untuk
mempercepat reaksi adisi, karena untuk memecah ikatan phi (ikatan rangkap)
menjadi ikatan sigma (ikatan tunggal) karbon-karbon membutuhkan energy yang
tinggi dan energy ini tidak tersedia untuk molekul pada temperature kamar,
sehingga pendidihan pada proses refluks ini dapat menyediakan energy bagi
molekul untuk memecahkan ikatan phi (ikatan rangkap).
Mekanisme
reaksinya :
Reaksi
eliminasi bertujuan untuk membentuk kembali ikatan rangkap karbon-karbon
sehingga bisa terbentuk asam fumarat. Reaksi eliminasi yang terjadi merupakan
reaksi eliminasi pertama (E1) karena berlangsung lewat zat antara karbokation.
Mekanisme reaksinya :
Setelah
direfluks, larutan didinginkan, dengan tujuan untuk pendinginan tersebut
bertujuan untuk proses kristalisasi dengan menurunkan kelarutan produk asam
fumarat. Setelah lautan tersebut membentuk endapan, kemudian disaring dengan
tujuan untuk memisahkan endapan asam fumarat dari larutan. Dari percobaan ini
titik leleh dari asam fumarat adalah
Titik
leleh asam maleat lebih rendah dari pada asam fumarat karena pada asam maleat.
Hal ini menandakan adanya perbedaan sifat fisik antara senyawa berisomer cis
dan trans. Senyawa berisomer Cis memiliki titik leleh lebih kecil karena adanya
tolakan antara dua gugus karboksilat yang bersebelahan mengakibatkan senyawa
ini kurang stabil. Sedangkan senyawa yang berisomer trans memiliki tolakan yang
lebih kecil sehingga senyawanya relative stabil. Dengan demikian titik leleh
asam fumarat lebih tinggi dari pada asam maleat.
Advertisement
{ 0 komentar... read them below or add one }
Posting Komentar