REAKSI SENYAWA KARBONIL DENGAN KARBANION
Percobaan reaksi
antara senyawa karbonil dengan karbanion bertujuan memahami salah satu aspek
penting dalam sintesis organik. Aspek penting dalam sintesis organik yang
khusus dalam percobaan ini adalah kereaktifan karbanion.
Senyawa karbonil merupakan senyawa
yang memiliki gugus fungsi yang sangat penting dalam kimia organik, yaitu gugus
karbonil. Gugus ini dimiliki oleh golongan senyawa aldehid, keton, asam
karboksilat, ester, dan turunan lainnya.
Senyawa karbonil mendidih pada temperatur
yang lebih tinggi daripada senyawa hidrokarbon, tetapi lebih rendah daripada
senyawa alkohol dalam berat molekul yang dapat dibandingkan karena polar
molekul senyawa karbonil cenderung untuk berasosiasi bagian positif dari suatu
molekul tertarik ke bagian negatif dari molekul lain seperti alkohol.
Senyawa karbonil dengan berat
molekul rendah dapat membentuk ikatan hidrogen dengan senyawa hidroksil.
Karbanion merupakan ion organik
bermuatan negatif, terutama jika muatan itu berada pada salah satu atom
karbonnya.
Pada percobaan senyawa karbonil yang
digunakan adalah senyawa benzaldehida sedangkan senyawa yang membentuk
karbanion adalah dari senyawa asam malonat. Dalam hal ini benzaldehida digunakan
untuk senyawa karbonil ini karena benzaldehida sp2 dan dihubungkan
kesebuah atom oksigen dengan ikatan rangkap dua (sebuah ikatan sigma dan sebuah
ikatan phi). Asam malonat dapat digunakan sebagai karbanion karena asam malonat
memiliki gugus karbonil yang berposisi ß terhadap gugus asetat yang menyebabkan
atom hidrogen yang berikatan atom karbon alfa bersifat sangat asidik sehingga
mudah diserang oleh senyawa yang mempunyai pasangan elektron bebas, seperti
piridina. Akibatnya, hidrogen alfa lepas dalam bentuk H+ yang
langsung terikat dengan piridina melalui pasangan elektron bebas piridina.
Sehingga, asam malonat memiliki atom karbon bermuatan negatif yang selanjutnya
disebut karbanion.
Sedangkan urutan
reaksinya adalah sebagai berikut :
- Reaksi pembentukan karbanion:
Benzaldehid sebagai senyawa
karbonil dapat bereaksi dengan karbanion dari asam malonat yang telah terbentuk
melalui reaksi kondendasi Knoevenagel. Molekul benzaldehidehida dengan
karbanion bergabung menjadi molekul yang lebih besar. Benzaldehida dapat
bereaksi dengan cara resonansi elektron dalam ikatan rangkapnya dalam gugus
karbonil. Elektron-elektron pada ikatan rangkap tertarik oleh elektron bebas
atom oksigen yang juga lebih elektronegatif dari atom C. Elektron yang tertarik
dari atom C menyebabkan atom C lebih bermuatan positif sehingga makin mudah
pula berikatan dengan karbanion yang telah terbentuk.
- Reaksi kondensasi
Reaksi
kondensasi merupakan reaksi antara dua molekul atau lebih yang bergabung
menjadi satu molekul yang lebih besar dengan atau tanpa hilangnya suatu molekul
kecil seperti air.
Reaksi kondensasi yang terjadi adalah reaksi kondensasi Knovenagel karena senyawa yang bereaksi adalah senyawa aldehid yang tidak mempunyai hidrogen alfa dan dengan senyawa yang mempunyai sebuah hidrogen alfa terhadap 2 gugus karbonil. Pemanasan campuran dilakukan selama 1 jam dengan tujuan untuk mereaksikan senyawa asam malonat, piridin, benzaldehida, dan piperidin karena dalam reaksi karbonil dengan karbanion memerlukan tambahan energi untuk melakukan reaksi. Proses pendidihan dilakukan 10 menit kembali setelah pendiaman sebentar tujuannya adalah untuk melepaskan CO2 (proses dekarboksilasi) untuk proses pembentukan asam sianmat. Penurun suhu dilakukan untuk menghentikan reaksi-reaksi dan menurunkan kelarutan senyawa produk yang dihasilkan yaitu asam sinamat sedangkan penambahan HCl adalah untuk menetralisasi sifat campuran yang bersifat basa akibat adanya piridin dan piperidin yang telah ada dalam campuran. Piridin berfungsi sebagai basa lemah yang mengkatalisis reaksi pembentukan karbanion. Piridin digunakan karena merupakan basa lemah, apabila digunakan basa kuat maka tidak akan dihasilkan produk yang diinginkan. Jika digunakan basa kuat maka karbanion yang terbentuk bukan pada posisi atom C alfa, tetapi atom C pada posisi gugus karboksilat.
Reaksi kondensasi yang terjadi adalah reaksi kondensasi Knovenagel karena senyawa yang bereaksi adalah senyawa aldehid yang tidak mempunyai hidrogen alfa dan dengan senyawa yang mempunyai sebuah hidrogen alfa terhadap 2 gugus karbonil. Pemanasan campuran dilakukan selama 1 jam dengan tujuan untuk mereaksikan senyawa asam malonat, piridin, benzaldehida, dan piperidin karena dalam reaksi karbonil dengan karbanion memerlukan tambahan energi untuk melakukan reaksi. Proses pendidihan dilakukan 10 menit kembali setelah pendiaman sebentar tujuannya adalah untuk melepaskan CO2 (proses dekarboksilasi) untuk proses pembentukan asam sianmat. Penurun suhu dilakukan untuk menghentikan reaksi-reaksi dan menurunkan kelarutan senyawa produk yang dihasilkan yaitu asam sinamat sedangkan penambahan HCl adalah untuk menetralisasi sifat campuran yang bersifat basa akibat adanya piridin dan piperidin yang telah ada dalam campuran. Piridin berfungsi sebagai basa lemah yang mengkatalisis reaksi pembentukan karbanion. Piridin digunakan karena merupakan basa lemah, apabila digunakan basa kuat maka tidak akan dihasilkan produk yang diinginkan. Jika digunakan basa kuat maka karbanion yang terbentuk bukan pada posisi atom C alfa, tetapi atom C pada posisi gugus karboksilat.
Reaksi Kondensasi Knovenagel yang terjadi adalah :
3. Reaksi dehidrasi
Selanjutnya,
reaksi yang terjadi adalah reaksi dehidrasi yang merupakan proses penghilangan
H2O untuk mengadakan ikatan rangkap antara atom C. Reaksi ini
dikatalisis oleh HCl karena H+ dari HCl dapat mempercepat pelepasan
H2O. Selain itu HCl juga untuk menetralkan basa yang telah ada pada
reaksi sebelumnya, yaitu piridin maupun piperidin sehingga dalam pelepasan H2O
dapat terjadi dalam suasana netral.
Reaksi Dehidrasi yang terjadi :
- Reaksi dekarboksilasi
Kemudian
reaksi Dekarboksilasi, adalah reaksi pelepasan CO2. Reaksi ini
terjadi karena stabilisasi resonansi antara gugus karboksilat pada produk
antara. Hal itu karena adanya ikatan rangkap pada senyawa antara.
Reaksi dekarboksilasi yang terjadi adalah :
Penambahan air es bertujuan
untuk proses rekristalisasi dengan menurunkan kelarutan produk asam sinamat.
Penurunan suhu dalam suhu ruangan terlebih dahulu dilakukan dengan tujuan agar
proses pembentukan kristal asam sinamat dapat berlangsung dengan baik. Jika
penurunan suhu langsung dengan pemberian air es, maka akan mengakibatkan laju
pembentukan kristal lebih cepat daripada pembentukan inti kristal sehingga
kristal yang terbentuk akan banyak. Sedangkan penambahan campuran air-etanol
untuk melarutkan berbagai macam zat pengotor yang bersifat polar agar terlepas
dari kristal. Menggunakan campuran air-etanol karena asam sinamat larut dalam
pelarut etanol sedangkan dalam air tidak larut sempurna sementara air dan
etanol dapat saling bercampur, sehingga campuran air-etanol merupakan pelarut
yang baik untuk proses kristalisasi asam sinamat. Pemurnian asam sinamat ini
menggunakan prinsip yaitu zat yang akan dimurnikan larut sempurna dalam pelarut
A dan tidak larut dalam pelarut B tetapi pelarut A dan B saling bercampur.
Rendemen
produk nyata yang diperoleh adalah 2,0473 gram. Persentase rendemennya adalah 72,806%
. Dari persentase rendemen yang diperoleh , produk hasil reaksi masih belum
murni dari pengotor, kemungkinan pengotor- pengotornya berasal dari reagen yang
masih belum sempurna bereaksi, misalnya piridin, HCl, benzaldehida, maupun asam
malonat. Pada percobaan ini dilakukan pengukuran titik leleh sebesar 127⁰C,
sedangkan pada literatur titik lelehnya sebesar 133⁰C. Hal
ini terjadi kemungkinan karena masih terdapat pengotor di dalam kristal yang
menyebbkan titik leleh produk lebih kecil dibandingkan dengan titik leleh dari
literatur.
Advertisement
{ 0 komentar... read them below or add one }
Posting Komentar