Zat Penyedap Cita Rasa
Di Indonesia terdapat begitu banyak
ragam rempahrempah yang dipakai untuk meningkatkan cita rasa makanan, seperti
cengkeh, pala, merica, ketumbar, cabai, laos, kunyit, bawang, dan masih banyak
lagi yang lain. Melimpahnya ragam rempah-rempah ini merupakan salah satu sebab
yang mendorong penjajah Belanda dan Portugis tempo dulu ingin menguasai
Indonesia. Jika rempah-rempah dicampur dengan makanan saat diolah, dapat
menimbulkan cita rasa tertentu pada makanan.
Selain zat penyedap cita rasa yang
berasal dari alam, ada pula yang berasal dari hasil sintesis bahan kimia.
Berikut ini beberapa contoh zat penyedap cita rasa hasil sintesis:
a. oktil asetat, makanan akan terasa
dan beraroma seperti buah jeruk jika dicampur dengan zat penyedap ini;
b. etil butirat, akan memberikan rasa
dan aroma seperti buah nanas pada makanan;
c. amil asetat, akan memberikan rasa
dan aroma seperti buah pisang;
d. amil valerat, jika makanan diberi
zat penyedap ini maka akan terasa dan beraroma seperti buah apel.
Selain zat penyedap rasa dan aroma,
seperti yang sudah disebutkan di atas, terdapat pula zat penyedap rasa yang penggunaannya
meluas dalam berbagai jenis masakan,
yaitu penyedap rasa monosodium glutamat
(MSG). Zat ini tidak berasa, tetapi jika sudah ditambahkan pada makanan maka
akan menghasilkan rasa yang sedap. Penggunaan MSG yang berlebihan telah
menyebabkan “Chinese
restaurant syndrome” yaitu
suatu gangguan kesehatan di mana kepala terasa pusing dan berdenyut. Bagi yang
menyukai zat penyedap ini tak perlu khawatir dulu. Kecurigaan ini masih
bersifat
pro dan kontra. Bagi yang mencoba
menghindari untuk mengonsumsinya, sudah tersedia sejumlah merk makanan yang
mencantumkan label “tidak
mengandung MSG”
dalam kemasannya.
Pada pembahasan sebelumnya, kamu sudah
mempelajari tentang pengelompokan zat aditif berdasarkan fungsinya beserta
contoh-contohnya. Perlu kamu ketahui bahwa suatu zat aditif dapat saja memiliki
lebih dari satu fungsi.
Seringkali suatu zat aditif, khususnya
yang bersifat alami memiliki lebih dari satu fungsi. Contohnya, gula alami
biasa dipakai sebagai zat aditif pada pembuatan daging dendeng. Gula alami
tersebut tidak hanya berfungsi sebagai pemanis, tetapi juga berfungsi sebagai
pengawet. Contoh lain adalah daun pandan yang dapat berfungsi sebagai pemberi
warna pada makanan sekaligus memberikan rasa dan aroma khas pada makanan.
Untuk penggunaan zat-zat aditif alami,
umumnya tidak terdapat batasan mengenai jumlah yang boleh dikonsumsi perharinya.
Untuk zat-zat aditif sintetik, terdapat aturan
penggunaannya yang telah ditetapkan
sesuai Acceptable Daily
Intake (ADI) atau
jumlah konsumsi zat aditif selama sehari yang diperbolehkan dan aman bagi
kesehatan. Jika kita mengonsumsinya melebihi ambang batas maka dapat menimbulkan
risiko bagi kesehatan.
Advertisement
{ 0 komentar... read them below or add one }
Posting Komentar