📚 *TERJEMAH MINHAJUL QOWIM Bag.16*
===================
قِيْلَ وَيُعْفٰى عَنْ جَرَّةِ الْبَعِيْرِ وَفَمِ مَا يَجْتَرُّ إِذَا اِلْتَقَمَ أَخْلَافَ أُمِّهِ وَفَمِ صَبِيٍّ تَنَجَّسَ وَإِنْ لَمْ يَغِبْ
Dan dikatakan [oleh satu pendapat]: "Dan dimaafkan dari bekas mamahan unta, dan mulut hewan yang memamah apabila dia mengulum [menyusu] pada puting ambing [payudara] induknya, dan mulut anak kecil yang terkena najis, meskipun ia tidak menghilang [pergi],
وَذَرْقِ الطُّيُوْرِ فِي الْمَاءِ وَإِنْ لَمْ تَكُنْ مِنْ طُيُوْرِهِ وَبَعْرِ فَأْرَةٍ عَمَّ الْإِبْتِلَاءُ بِهَا
dan kotoran burung yang ada di dalam air, meskipun burung itu bukan termasuk jenis burung-burung air [yang hinggap di atas air], dan tahi tikus yang merata cobaan dengannya, ↱¹
وَبَعْرِ شَاةٍ وَقَعَ فِي اللَّبَنِ حَالَ الْحَلَبِ وَمَا يَبْقٰى فِيْ نَحْوِ الْكِرْشِ إِذَا شَقَّتْ تَنْقِيَتُهُ مِنْهُ
dan tahi kambing yang terjatuh ke dalam susu ketika memerah susu, dan sesuatu yang tersisa di semacam perut hewan [daging babat], apabila sulit membersihkannya darinya".
وَفِيْ أَكْثَرِ ذٰلِكَ نَظَرٌ وَمُخَالَفَةٌ لِكَلَامِهِمْ
Dan mayoritas hal-hal [di atas] itu ada pertimbangan dan perbedaan pendapat dengan pendapat para ulama.
*(وَإِذَا كَانَ الْمَاءُ قُلَّتَيْنِ فَلَا يَنْجُسُ بِوُقُوْعِ النَّجَاسَةِ فِيْهِ إِلَّا إِنْ تَغَيَّرَ طَعْمُهُ)* وَحْدَهُ *(أَوْ لَوْنُهُ)* وَحْدَهُ *(أَوْ رِيْحُهُ)* وَحْدَهُ
*(Dan apabila keadaan air itu dua qullah, maka air tidak akan menjadi najis dengan sebab jatuh benda najis ke dalamnya, kecuali jika telah berubah rasa air itu)* saja, *(atau warnanya)* saja, *(atau baunya)* saja.
*(وَلَوْ)* كَانَ *(تَغَيُّرًا يَسِيْرًا)* لِفَحْشِ النَّجَاسَةِ
*(walaupun)*, adanya perubahan itu adalah *(perubahan yang sedikit)*, karena melampaui batasnya najis [mencolok].
وَمِنْ ثَمَّ فُرِضَ النَّجِسُ الْمُتَّصِلُ بِهِ الْمُوَافِقُ لَهُ فِي الصِّفَاتِ كَبَوْلٍ مُنْقَطِعِ الرَّائِحَةِ بِأَشَدِّهَا كَلَوْنِ الْحِبْرِ وَرِيْحِ الْمِسْكِ وَطَعْمِ الْخَلِّ
Dan dari alasan tersebut, diperkirakan najis yang bersentuhan dengan air, yang bersesuaian dengan air dalam sifat-sifatnya, seperti air kencing yang hilang baunya, [diperkirakan] dengan yang paling sangatnya sifat-sifatnya [dengan sifat yang paling kuat], seperti warna tinta, bau minyak misik, dan rasa cuka.
فَإِنْ كَانَ بِحَيْثُ يُغَيِّرُهُ أَدْنٰى تَغَيُّرٍ تَنَجَّسَ
Maka jika sekiranya najis merubah air itu dengan perubahan yang paling sedikit, maka air menjadi najis.
وَخَرَجَ بِوُقُوْعِهَا فِيْهِ تَغَيُّرُهُ بِرَائِحَةِ جِيْفَةٍ عَلَى الشَّطِّ فَلَا يَضُرُّ
Dan terkecualikan dengan [batasan] jatuhnya najis ke dalam air, perubahan air dengan sebab bau bangkai yang ada di tepi air tersebut, maka perubahan itu tidak berbahaya [tidak menjadikan air najis].
*(فَإِنْ زَالَ تَغَيُّرُهُ)* الْحِسِّيُّ أَوِ التَّقْدِيْرِيُّ *(بِنَفْسِهِ)* لِنَحْوِ طُوْلِ مُكْثٍ وَهُبُوْبِ رِيْحٍ
*(Lalu jika telah hilang perubahan air)* secara inderawi atau secara perkiraan, *(dengan sendirinya)*, karena seumpama lamanya tergenang dan tiupan angin,
*(أَوْ بِمَاءٍ)* ضُمَّ إِلَيْهِ وَلَوْ مُتَنَجِّسًا أَوْ نَبَعَ فِيْهِ أَوْ نُقِصَ مِنْهُ وَبَقِيَ قُلَّتَانِ
*(atau dengan air)* yang digabungkan kepada air yang telah berubah tersebut, meskipun [air tambahan yang digabungkan itu adalah] air yang terkena najis atau [air] yang bersumber di [tempat] air yang telah berubah tersebut, atau dikurangi dari air yang telah berubah itu dan air itu masih tersisa dua qullah,
*(طَهُرَ)* لِانْتِفَاءِ عِلَّةِ التَّنْجِيْسِ وَهِيَ التَّغَيُّرُ
*(maka air tersebut telah suci)*, karena hilangnya alasan menajiskan, yaitu berubahnya air.
وَلَا يَضُرُّ عَوْدُهُ بَعْدَ زَوَالِهِ حَيْثُ خَلَا عَنْ نَجِسٍ جَامِدٍ
Dan tidak berbahaya [tidak mengapa] kembalinya perubahan air itu setelah hilangnya, sekiranya air itu sepi dari benda najis yang padat.
*(أَوْ)* زَالَ *(بِمِسْكٍ أَوْ كَدُوْرَةِ تُرَابٍ)* أَوْ نَحْوِهِمَا *(فَلَا)* يَطْهُرُ
*(atau)* hilang perubahan air itu *(dengan minyak misik atau [dengan] kekeruhan debu)* atau seumpama keduanya, *(maka tidak)* menjadi suci air tersebut,
لِأَنَّ الظَّاهِرَ اِسْتِتَارُ وَصْفِ النَّجَاسَةِ بِهِ لَا زَوَالُهُ
karena sesungguhnya yang nampak adalah tertutupnya sifat najis dengannya [minyak misik atau kekeruhan debu], bukan hilangnya sifat najis tersebut.
وَأَفْهَمَ تَعْبِيْرُهُ بِكَدُوْرَةٍ أَنَّ الْمَاءَ لَوْ صَفَا مِنْهَا وَلَا تَغَيَّرَ بِهِ طَهُرَ
Dan dapat difahami redaksional pengarang dengan [kalimat]: _*"kadūrotin = kekeruhan"*_, bahwa air, jikalau dia bening dari kekeruhan debu tersebut dan tidak ada perubahan pada air itu, maka air itu suci.
وَلَوْ وَقَعَ النَّجِسُ فِيْ كَثِيْرٍ مُتَغَيَّرٍ بِمَا لَا يَضُرُّ قُدِّرَ زَوَالُهُ
Dan jikalau terjatuh suatu najis ke dalam air yang banyak, yang berubah dengan sesuatu yang tidak membahayakan, maka dikira-kirakan hilangnya perubahan [air yang banyak] itu.
فَإِنْ فُرِضَ تَغَيُّرُهُ بِهٰذِهِ النَّجَاسَةِ تَنَجَّسَ وَإِلَّا فَلَا
Lalu jika diperkirakan berubahnya air itu dengan perkara najis ini [yang terjatuh ke dalam air], maka air itu menjadi najis, dan jika tidak [diperkirakan], maka tidak [menjadi najis].
=============
📋 *CATATAN:*
=============
↱¹ ```Cobaan berupa meratanya tahi tikus ini dalam ilmu fiqih biasa disebut dengan istilah ‘umūmul balwā (عُمُوْمُ الْبَلْوٰى) yang secara bahasa berarti “meratanya cobaan”. Sedangkan maksud dari ‘umūmul balwā itu sendiri adalah: suatu kejadian yang sering terjadi dan sulit untuk dihindari.```
Advertisement
{ 0 komentar... read them below or add one }
Posting Komentar