TERJEMAH MINHAJUL QOWIM Bag.23 BAB AMALAN-AMALAN FITROH Ke -2

Diposting oleh Ilmu Alam Bercak on Sabtu, 01 Oktober 2022

TERJEMAH MINHAJUL QOWIM Bag.23 BAB AMALAN-AMALAN FITROH Ke -2

*(وَيَحْصُلُ)* فَضْلُهُ *(بِكُلِّ خَشِنٍ)* وَلَوْ نَحْوَ أُشْنَانٍ
*(Dan akan diperoleh)* keutamaan ber-siwak *(dengan menggunakan setiap benda yang kasar)*, walaupun [dengan menggunakan] seumpama jerami.

*(لَا أُصْبُعِهِ)* الْمُتَّصِلَةِ بِهِ وَإِنْ كَانَتْ خَشِنَةً لِأَنَّهَا لَا تُسَمّٰى سِوَاكًا لِأَنَّهَا جُزْءٌ مِنْهُ
*(Tidak dengan jarinya)* yang masih bersambung [menyatu] dengan dirinya meskipun jarinya itu kasar, karena bahwa jarinya itu tidak disebut dengan siwak, karena jarinya itu masih menjadi bagian dari dirinya.

أَمَّا أُصْبُعُ غَيْرِهِ أَوْ أُصْبُعُهُ الْمُنْفَصِلَةُ عَنْهُ فَتُجْزِئُ إِنْ كَانَتْ خَشِنَةً وَإِنْ وَجَبَ دَفْنُهَا فَوْرًا
Adapun jari orang lain atau jarinya yang sudah terpisah [terlepas] dari dirinya, maka jari-jari itu mencukupi [sah untuk ber-siwak] jika jari-jari itu kasar, meskipun diwajibkan mengubur jari yang terlepas itu dengan segera.

*(وَالْأَرَاكُ أَوْلٰى ثُمَّ النَّخْلُ)* ثُمَّ ذُوْ الرِّيْحِ ثُمَّ الطِّيْبُ ثُمَّ الْيَابِسُ الْمُنَدّٰى بِالْمَاءِ ثُمَّ الْعُوْدُ
*(Dan kayu arok itu lebih utama, kemudian kayu pohon kurma)*, kemudian kayu yang memiliki aroma, kemudian kayu yang wangi, kemudian kayu yang kering yang dibasahi dengan air, kemudian kayu pohon.

وَلَا يُكْرَهُ بِسِوَاكِ الْغَيْرِ إِذَا أَذِنَ وَإِلَّا حَرُمَ
Dan tidak dimakruhkan ber-siwak dengan memakai siwak milik orang lain apabila ia telah mengizinkan, dan jika tidak [dapat izin] maka diharamkan.

*(وَيُسْتَحَبُّ)* إِذَا لَمْ يَجِدْ سِوَاكًا رَطْبًا أَوْ لَمْ يُرِدِ الْإِسْتِيَاكَ بِهِ *(أَنْ يَسْتَاكَ بِيَابِسٍ نُدِّيَ بِالْمَاءِ)* لَا بِغَيْرِهِ
*(Dan disunnahkan)* ketika ia tidak menemukan siwak yang basah, atau [ia menemukannya, namun] ia tidak ingin ber-siwak dengannya, *(agar ia ber-siwak dengan siwak yang kering yang dibasahi dengan air)* tidak dengan selainnya.

لِأَنَّ فِي الْمَاءِ مِنَ التَّنْظِيْفِ الْمَقْصُوْدِ مَا لَيْسَ فِيْ غَيْرِهِ
Karena sesungguhnya pada air terdapat proses pembersihan yang dimaksud, hal yang tidak ada pada selainnya.

*(وَأَنْ يَسْتَاكَ عُرْضًا)* أَيْ فِيْ عُرْضِ الْأَسْنَانِ ظَاهِرِهَا وَبَاطِنِهَا لِحَدِيْثٍ مُرْسَلٍ فِيْهِ
*(dan hendaknya ia ber-siwak secara melebar [horizontal])* yakni pada lebarnya gigi-gigi, bagian luarnya dan bagian dalamnya, berdasarkan hadits mursal mengenai masalah ini.

وَيُكْرَهُ طُوْلًا لِأَنَّهُ قَدْ يُدْمِيْ اللَّثَّةَ وَيُفْسِدُهَا
Dan dimakruhkan ber-siwak secara memanjang [vertical], karena ber-siwak secara memanjang terkadang dapat menyebabkan gusi berdarah dan bisa merusak gusi.

*(إِلَّا فِي اللِّسَانِ)* فَيُسَنُّ فِيْهِ طُوْلًا لِحَدِيْثٍ فِيْهِ
*(Kecuali [ber-siwak] pada lidah)* maka disunnahkan ber-siwak padanya secara memanjang [vertical], berdasarkan hadits [yang menjelaskan] mengenai hal ini.

وَيُكْرَهُ بِمِبْرَدٍ وَمَعَ الْكَرَاهَةِ يَحْصُلُ لَهُ أَصْلُ السُّنَّةِ
Dan dimakruhkan ber-siwak dengan alat kikir. Dan bersamaan dengan kemakruhan itu, akan diperoleh [berhasil] baginya asal kesunnahan.

وَيُسَنُّ كَوْنُهُ بِالْيَدِ الْيُمْنٰى وَإِنْ كَانَ لِإِزَالَةِ تَغَيُّرٍ لِأَنَّ الْيَدَ لَا تُبَاشِرُهُ
Dan disunnnahkan adanya ber-siwak itu dengan tangan kanan, meskipun adanya ber-siwak itu untuk menghilangkan berubahnya [bau mulut], karena sesungguhnya tangan tidak melakukan penghilangan itu secara langsung.

وَأَنْ يَبْدَأَ بِجَانِبِ فَمِهِ الْأَيْمَنِ ويُذْهِبَ إِلَى الْوَسَطِ ثُمَّ الْأَيْسَرِ وَيُذْهِبَ إِلَيْهِ
Dan hendaknya ia mengawali [ber-siwak] dengan sisi mulutnya yang kanan, dan memberjalankan [alat siwak] sampai ke tengah, kemudian [dengan sisi mulutnya] yang kiri, dan memberjalankan [alat siwak] ke tengah [lagi].

*(وَ)* يُسْتَحَبُّ *(أَنْ يَدَّهِنَ غِبًّا)* أَيْ وَقْتًا بَعْدَ وَقْتٍ
*(Dan)* disunnahkan *(memakai minyak rambut setiap saat)*, yakni dari waktu ke waktu.

*(وَ)* أَنْ *(يَكْتَحِلَ وِتْرًا)* ثَلَاثَةً فِي الْعَيْنِ الْيُمْنٰى ثُمَّ ثَلَاثَةً فِي الْيُسْرٰى
*(dan)* hendaknya *(bercelak mata secara ganjil)*, tiga kali pada mata yang kanan, kemudian tiga kali pada mata yang kiri.

*(وَ)* أَنْ *(يَقُصَّ الشَّارِبَ)* حَتّٰى تَبَيَّنَ حُمْرَةُ الشَّفَةِ بَيَانًا ظَاهِرًا وَلَا يَزِيْدُ عَلٰى ذٰلِكَ
*(dan)* hendaknya *(menggunting kumis)* hingga menjadi jelas merahnya bibir, dengan jelas yang tampak terlihat, dan ia tidak boleh menambahkan dari batasan tersebut.

وَهٰذَا هُوَ الْمُرَادُ بِإِحْفَاءِ الشَّوَارِبِ الْوَارِدِ فِي الْحَدِيْثِ كَمَا قَالَ النَوَوِيُّ
Dan memotong kumis ini adalah hal yang dimaksud dengan memotong kumis pendek-pendek yang berlaku [diriwayatkan] dalam hadits, sebagaimana apa yang dikatakan oleh Imam An-Nawawi.

وَاخْتَارَ بَعْضُ الْمُتَأَخِّرِيْنَ أَنَّ حَلْقَهُ سُنَّةٌ أَيْضًا لِحَدِيْثٍ فِيْهِ
Dan sebagian Ulama Muta'akhiriin *↱¹* telah memilih [pendapat] bahwa mencukur kumis adalah sunnah juga, berdasarkan hadits tentang hal ini.

============
📋 *CATATAN:*
============
*↱¹* ```Ulama Muta'akhiriin adalah para Ulama yang hidup sesudah abad 4 Hijriyah.```
Advertisement

{ 0 komentar... read them below or add one }

Posting Komentar