Terpena

Diposting oleh Ilmu Alam Bercak on Sabtu, 13 April 2013


Terpena

Terpena merupakan suatu golongan hidrokarbon yang banyak dihasilkan oleh tumbuhan dan terutama terkandung pada getah dan vakuola selnya. Pada tumbuhan, senyawa-senyawa golongan terpena dan modifikasinya, terpenoid, merupakan metabolit sekunder. Terpena dan  terpenoid dihasilkan pula oleh sejumlah hewan, terutama serangga dan beberapa hewan laut. Di samping sebagai metabolit sekunder, terpena merupakan kerangka penyusun sejumlah senyawa penting bagi makhluk hidup. Sebagai contoh, senyawa-senyawa steroid adalah turunanskualena, suatu triterpena; juga karoten dan retinol. Nama "terpena" (terpene) diambil dari produk getah tusam, terpentin (turpentine). Terpena dan terpenoid menyusun banyak minyak atsiri yang dihasilkan oleh tumbuhan.
Kandungan minyak atsiri memengaruhi penggunaan produk rempah-rempah, baik sebagai bumbu, sebagai wewangian, serta sebagai bahan pengobatan, kesehatan, dan penyerta upacaraupacara ritual. Nama-nama umum senyawa golongan ini seringkali diambil dari nama minyak atsiri yang mengandungnya. Lebih jauh lagi, nama minyak itu sendiri diambil dari nama (nama  latin) tumbuhan yang menjadi sumbernya ketika pertama kali diidentifikasi. Sebagai missal adalahcitral, diambil dari minyak yang diambil dari jeruk (Citrus). Contoh lain adalah eugenol, diambil dari minyak yang dihasilkan oleh cengkeh (Eugenia aromatica). Terpenoid disebut juga isoprenoid. Hal ini dapat dimengerti karena kerangka penyusun terpena dan terpenoid adalah isoprena (C5H8). 
More aboutTerpena

Asam jengkol atau asam

Diposting oleh Ilmu Alam Bercak


Asam jengkol atau asam

adalah asam amino yang memiliki atom belerang. Senyawa ini tersusun dari dua asam
amino sistein yang diikat oleh satu gugus metil pada atom belerangnya.Nama IUPAC-nya adalah asam (2R)-2-amino-3-(2R)-2-amino-3-hidroksi-3-oksopropilsulfanilmetilsulfanil]propanoat.
Asam jengkol terkandung pada biji jering (jengkol) yang biasa dimakan secara mentah atau setelah direbus.
Isolasi asam ini pertama kali dikerjakan oleh Van Veen and Hyman dari urin penduduk
yang mengalami keracunan jering. Mereka berhasil mengisolasi kristal asam ini dari biji jering menggunakan barium hidroksida (Ba(OH)2) pada 30°C dan ditunggu beberapa waktu. Selanjutnya, laporan menunjukkan ada sekitar 20 gram asam jengkolat di setiap 1 kg biji jengkol segar (20 permil) dengan variasi 12 hingga 35 permil tergantung varietasnya. Diketahui pula, biji legum lain juga mengandung lebih sedikit asam ini:Leucaena esculenta (2.2 g/kg) dan Pithecolobium ondulatum (2.8 g/kg).
Asam inilah yang bertanggung jawab terhadap gangguan pembuangan urin (air seni) yang dikenal sebagai "kejengkolan" atau jengkoleun dalam bahasa Sunda. Kejengkolan terjadi karena asam jengkol akan mengendap membentuk kristal jarum-jarum halus apabila bertemu dengan air seni yang asam. Kristal-kristal ini dapat merusak jaringan dinding ginjal dan saluran urin. Penanganannya adalah dengan meminum air abu berbagai tumbuhan yang bereaksi alkalis/basa. Jengkol yang direbus atau yang diolah menjadi keripik, telah berkurang kadar asam jengkolatnya.
Isoprena adalah nama umum (nama trivial) dari 2-metilbuta-1,3-diena. Senyawa ini biasa digunakan dalam industri, penyusun berbagai senyawabiologi penting, serta dapat berbahaya bagi lingkungan dan beracun bagi manusia bila terpapar secara berlebihan.
Dalam suhu ruang isoprena berwujud cairan bening yang sangat mudah terbakar dan
terpantik. Bila tercampur dengan udara sangat mudah meledak dan sangat reaktif bila
dipanaskan. Pengangkutan isoprena memerlukan penanganan khusus.
Secara industri senyawa ini dihasilkan dari hasil sampingan peluruhan nafta atau minyak. Saat ini sekitar 95% produksi isoprena dunia digunakan untuk membuat karet sintetik cis-1,4-poliisoprena. Karet sendiri juga merupakan polimer isoprena — paling sering cis-1,4-poliisoprena - dengan bobot molekul 100.000 hingga 1.000.000. Biasanya ada campuran  beberapa persen bahan lain, seperti protein, asam lemak, resin, dan bahan organik lainnya, pada karet alam berkualitas tinggi. Getah perca, suatu karet alam lain, merupakan trans-1,4-poliisoprena, isomer struktural yang memiliki karakteristik mirip namun tidak persis sama.
More aboutAsam jengkol atau asam

Glukosinolat dan sianogenik

Diposting oleh Ilmu Alam Bercak


Glukosinolat dan sianogenik

Glukosinolat
Glukosinolat merupakan metabolit sekunder yang dibentuk dari beberapa asam amino
dan terdapat secara umum pada Cruciferae (Brassicaceae). Glukosinolat dikelompokkan menjadi setidaknya 3 kelompok, yakni: (1). glukosinolat alifatik (contoh: sinigrin), terbentuk dari asam amino alifatik (biasanya metionin), (2) glukosinolat aromatik (contoh: sinalbin), terbentuk dariasam amino aromatik (fenilalanin atau tirosin) dan (3) glukosinolat indol, yang terbentuk dari asam amino indol (triptofan). Keragaman jenis glukosinolat tergantung pada modifikasi ikatannya dengan gugus lain melalui hidroksilasi, metilasi dan desaturasi. Hidrolilis dari glukosinolat terjadi karena adanya enzim mirosinase, sehingga menghasilkan beberapa senyawa beracun seperti isotiosianat, tiosianat, nitril, dan epitionitril. Senyawa-senyawa tersebut merupakan racun bagi serangga yang bukan spesialis pemakan tumbuhan Cruciferae, dan merupakan zat penolak makan bagi ulat kilan, Trichoplusia ni.
Sianogenik
Semua jenis tumbuhan mempunyai kemampuan untuk mensintesis glikosida sianogenik. Namun, tidak semua jenis tumbuhan mengumpulkan senyawa ini dalam sel-selnya. Pada family Rosaceae, senyawa ini disimpan pada vakuola. Pada saat sel tumbuhan dirusak, glikosida sianogenik akan dihidrolisis secara enzimatis menghasilkan asam sianida (HCN) yang sangat beracun dan merupakan zat penolak makan serangga dengan spektrum yang luas.
More aboutGlukosinolat dan sianogenik

Fenolik

Diposting oleh Ilmu Alam Bercak


Fenolik

Definisi
Fenolik merupakan senyawa yang banyak ditemukan pada tumbuhan. Fenolik memiliki cincin aromatik dengan satu atau lebih gugus hidroksi (OH-) dan gugus-gugus lain penyertanya. Senyawa ini diberi nama berdasarkan nama senyawa induknya, fenol. Senyawa fenol kebanyakan memiliki gugus hidroksi lebih dari satu sehingga disebut sebagai polifenol. Fenol biasanya dikelompokkan berdasarkan jumlah atom karbon pada kerangka penyusunnya .
Klasifikasi
Kelompok terbesar dari senyawa fenolik adalah flavonoid, yang merupakan senyawa
yang secara umum dapat ditemukan pada semua jenis tumbuhan. Biasanya, satu jenis tumbuhan mengandung beberapa macam flavonoid dan hampir setiap jenis tumbuhan memiliki profil flavonoid yang khas. Kerangka penyusun flavonoid adalah C6–C3–C6. Inti flavonoid biasanya berikatan dengan gugusan gula sehingga membentuk glikosida yang larut dalam air. Pada tumbuhan, flavonoid biasanya disimpan dalam vakuola sel. Secara umum, flavonoid dikelompokkan lagi menjadi kelompok yang lebih kecil (sub kelompok), yaitu: (1) flavon, contoh: luteolin, (2) flavanon, contoh: naringenin, (3) flavonol, contoh: kaempferol, (4) antosianin dan (5) calkon.
Beberapa jenis flavon, flavanon dan flavonol menyerap cahaya tampak, sehingga membuat bunga dan bagian tumbuhan yang lain berwarna kuning atau krem terang. Sedangkan jenis-jenis yang tidak berwarna merupakan zat penolak makan bagi serangga (contoh: katecin) ataupun merupakan racun (contoh: rotenon). Rutin, yang merupakan glikosida flavonol yang tersebar di hampir semua jenis tumbuhan, juga merupakan zat penolak makan yang kuat bagi serangga polifagus, seperti Schistocerca americana. Sementara itu paseolin, dilaporkan merupakan glikosida flavonol yang paling efektifsebagai zat penolak makan bagi serangga. Pada percobaan dengan kumbang pemakan akar, Costelytra zealandica, paseolin memberikan nilai FD50 yang sangat rendah, yaitu 0.03 ppm.
Tanin merupakan senyawa polifenol dengan berat molekul antara 500 sampai dengan
20000 dalton. Pada sel tumbuhan, tanin selalu berikatan dengan protein sehingga disebut merupakan zat yang menurunkan nilai nutrisi dari jaringan tumbuhan bagi pemakannya.
More aboutFenolik

Terpenoid

Diposting oleh Ilmu Alam Bercak


Terpenoid

Definisi
Terpenoid merupakan kelompok metabolit sekunder terbesar. Saat ini hampir dua puluh ribu jenis terpenoid telah teridentifikasi. Kelompok ini merupakan derivat dari asam mevalonat atau prekursor lain yang serupa dan memiliki keragaman struktur yang sangat banyak. Strukturterpenoid merupakan satu unit isopren (C5H8) atau gabungan lebih dari satu unit isoprene sehingga pengelompokannya didasarkan pada jumlah unit isopren penyusunnya.
Klasifikasi
Monoterpenoid umumnya bersifat volatil dan biasanya merupakan penyusun minyak
atsiri. Monoterpenoid memberikan aroma yang khas pada tumbuhan. Monoterpenoid
dikelompokkan sebagai a). asiklik, contoh: geraniol, b). monosiklik, contoh: limonene dan c). bisiklik, contoh: pinene. Untuk mencegah terjadinya keracunan diri (autotoxicity), tumbuhan membentuk tempat penyimpanan khusus. Kelompok terbesar dari terpenoid adalah sesquiterpen yang juga merupakan penyusun minyak atsiri. Contoh yang cukup dikenal dari kelompok ini adalah poligodial dan warburganal yang merupakan zat penolak makan berbagai jenis serangga.
Diterpenoid, seperti asam resin (misalnya: asam abietat) dari tumbuhan keluarga pinus-pinusan dan klerodan (misalnya: ajugarin dari tumbuhan Ajuga remota) merupakan zat penolak makan bagi serangga. Triterpenoid merupakan senyawa metabolit sekunder yang tersebar luas dan beragam. Perwujudan dari senyawa ini dapat berupa resin, kutin maupun semacam gabus.
Termasuk ke dalam kelompok ini adalah limonoid (misalnya: azadirachtin), lantaden, dan cucurbitacin (misalnya: cucurbitacin B). Azadirachtin terkenal sebagai zat penolak makan yang sangat kuat bagi serangga. Demikian juga dengan cucurbitacin.
More aboutTerpenoid

Alkaloid

Diposting oleh Ilmu Alam Bercak


Alkaloid

Definisi
Alkaloid merupakan senyawa yang mengandung atom nitrogen yang tersebar secara terbatas pada tumbuhan. Alkaloid kebanyakan ditemukan pada Angiospermae dan jarang pada Gymnospermae dan Cryptogamae. Senyawa ini cukup banyak jenisnya dan terkadang memilikistruktur kimia yang sangat berbeda satu sama lain, meskipun berada dalam satu kelompok.
Klasifikasi
Pengelompokan alkaloid biasanya didasarkan pada prekursor pembentuknya. Kebanyakan dibentuk dari asam amino seperti lisin, tirosin, triptofan, histidin dan ornitin. Sebagai contoh, nikotin dibentuk dari ornitin dan asam nikotinat. Beberapa kelompok alkaloid disajikan dalam tulisan ini. Diantaranya adalah kelompok alkaloid benzil isoquinon, seperti:
papaverin, berberin, tubokurarin dan morfin. Jenis alkaloid yang banyak terdapat pada family Solanaceae, tergolong ke dalam kelompok alkaloid tropan, seperti: atropin, yang ditemukan pada Atropa belladona dan skopolamin. Kokain yang berasal dari tumbuhan koka, Erythroxylon coca,juga termasuk ke dalam kelompok ini, meskipun koka tidak termasuk anggota famili Solanaceae.
Alkaloid dengan struktur inti berupa indol, dikelompokkan sebagai alkaloid indol, seperti: strikhnin dan quinin yang berasa pahit dan merupakan senyawa penolak makan bagi serangga.
Kelompok alkaloid pirrolizidin merupakan ester alkaloid pada genus Senecio, seperti:
senecionin. Kelompok lain dari alkaloid yang berasal asam amino lisin adalahquinolizidin yang sering disebut sebagai alkaloid lupin karena banyak terdapat pada genus Lupinus. Alkaloid polihidroksi memiliki stereokimia yang mirip dengan gula, sehingga mengganggu kerja enzim glukosidase. Kelompok alkaloid polihidroksi merupakan penolak makan bagi serangga.
Beberapa jenis alkaloid merupakan derivat dari asam nikotinat, purin, asam antranilat, poliasetat dan terpenes. Mereka dikelompokkan ke dalam alkaloid purin, seperti: kafein.
More aboutAlkaloid

Metabolit sekunder

Diposting oleh Ilmu Alam Bercak


Metabolit sekunder 

Metabolit sekunder adalah senyawa metabolit yang tidak esensial bagi pertumbuhan organism dan ditemukan dalam bentuk yang unik atau berbeda-beda antara spesies yang satu dan lainnya. Setiap organisme biasanya menghasilkan senyawa metabolit sekunder yang berbeda-beda, bahkan mungkin satu jenis senyawa metabolit sekunder hanya ditemukan pada satu spesies dalam suatu kingdom. Senyawa ini juga tidak selalu dihasilkan, tetapi hanya pada saat dibutuhkan saja atau pada fase-fase tertentu. Fungsi metabolit sekunder adalah untuk mempertahankan diri dari kondisi lingkungan yang kurang menguntungkan, misalnya untuk mengatasi hama dan penyakit, menarik polinator, dan sebagai molekul sinyal. Singkatnya, metabolit sekunder digunakan organisme untuk berinteraksi dengan lingkungannya.
More aboutMetabolit sekunder

Teknik Pengolahan Air Limbah

Diposting oleh Ilmu Alam Bercak on Jumat, 12 April 2013


Teknik Pengolahan Air Limbah

Industri pengolahan hasil pertanian merupakan salah satu penyumbang limbah cair yang signifikan bagi lingkungan. Bagi industri-industri besar, seperti industri kelapa sawit, teknologi pengolahan limbah cair yang dihasilkannya mungkin sudah memadai, namun tidak demikian bagi industri kecil atau sedang yang memiliki keterbatasan dalam pemahaman mengenai pentingnya pengelolaan limbah.
Teknologi pengolahan air limbah merupakan salah satu teknik untuk menurunkan tingkat pencemaran dan bahaya dari air limbah bagi lingkungan dan manusia. Terdapat beragam teknologi pengolahan air limbah yang dapat diterapkan namun perlu dipertimbangkan beberapa hal yaitu:
harus dapat dioperasikan dan dipelihara oleh pihak industri
harus dapat menurunkan pencemaran dalam air limbah ke tingkat yang sesuai atau lebih rendah dari baku mutu yang ditetapkan
harus layak secara ekonomi dalam pembangunan (konstruksi), operasional dan pemeliharaannya
Berbagai teknik pengolahan air limbah untuk mengurangi bahan polutan didalamnya telah dicoba dan dikembangkan selama ini. Pengolahan air limbah yang telah dikembangkan tersebut secara umum terbagi menjadi 3 teknik pengolahan yaitu pengolahan secara fisika, kimia dan biologi. Untuk mengolah suatu jenis air limbah tertentu, ketiga teknik pengolahan tersebut dapat diaplikasikan secara sendiri-sendiri, kombinasi dari dua teknik atau ketiganya.
a. Pengolahan Secara Fisika
Pada umumnya, sebelum dilakukan pengolahan lanjutan terhadap air limbah, bahan-bahan tersuspensi berukuran besar dan mudah mengendap atau bahan-bahan yang terapung disisihkan terlebih dahulu. Terdapat 5 cara untuk melakukan pemisahan bahan-bahan cemaran tersebut dalam air limbah yaitu dengan penyaringan, presipitasi, flotasi, filtrasi dn sentrifugasi.
Penyaringan (screening) merupakan cara yang efisien dan murah untuk menyisihkan bahan tersuspensi yang berukuran besar. Sedangkan bahan tersuspensi yang mudah mengendap dapat disisihkan secara mudah dengan proses pengendapan. Parameter desain yang utama untuk proses pengendapan ini adalah kecepatan mengendap partikel dan waktu detensi hidrolis di dalam bak pengendap.
Proses flotasi banyak digunakan untuk menyisihkan bahan-bahan yang mengapung seperti minyak dan lemak agar tidak mengganggu proses pengolahan berikutnya. Flotasi juga dapat digunakan sebagai cara penyisihan bahan-bahan tersuspensi (clarification) atau pemekatan lumpur endapan (sludge thickening) dengan memberikan aliran udara ke atas (air flotation).
Proses filtrasi di dalam pengolahan air limbah, biasanya dilakukan untuk mendahului proses adsorbsi atau proses reverse osmosis-nya, akan dilaksanakan untuk menyisihkan sebanyak mungkin partikel tersuspensi dari dalam air agar tidak mengganggu proses adsorbsi atau menyumbat membran yang dipergunakan dalam proses osmosa.
Proses adsorbsi, biasanya dengan karbon aktif, dilakukan untuk menyisihkan senyawa aromatik (misalnya: fenol) dan senyawa organik terlarut lainnya, terutama jika diinginkan untuk menggunakan kembali air limbah tersebut. Teknologi membran (reverse osmosis) biasanya diaplikasikan untuk unit-unit pengolahan kecil, terutama jika pengolahan ditujukan untuk menggunakan kembali air yang diolah. Biaya instalasi dan operasinya sangat mahal.
b. Pengolahan Secara Kimia
Pengolahan air limbah secara kimia biasanya dilakukan untuk menghilangkan partikel-partikel yang tidak mudah mengendap (koloid), logam-logam berat, senyawa fosfor, dan zat organik beracun; dengan membubuhkan bahan kimia tertentu yang diperlukan. Penyisihan bahan-bahan tersebut pada prinsipnya berlangsung melalui perubahan sifat bahan-bahan tersebut, yaitu dari tak dapat diendapkan menjadi mudah diendapkan (flokulasi-koagulasi), baik dengan atau tanpa reaksi oksidasi-reduksi, dan juga berlangsung sebagai hasil reaksi oksidasi.
Pengendapan bahan tersuspensi yang tak mudah larut dilakukan dengan membubuhkan elektrolit yang mempunyai muatan yang berlawanan dengan muatan koloidnya agar terjadi netralisasi muatan koloid tersebut, sehingga akhirnya dapat diendapkan. Penyisihan logam berat dan senyawa fosfor dilakukan dengan membubuhkan larutan alkali (air kapur misalnya) sehingga terbentuk endapan hidroksida logam-logam tersebut atau endapan hidroksiapatit. Endapan logam tersebut akan lebih stabil jika pH air > 10,5 dan untuk hidroksiapatit pada pH > 9,5. Khusus untuk krom heksavalen, sebelum diendapkan sebagai krom hidroksida [Cr(OH)3], terlebih dahulu direduksi menjadi krom trivalent dengan membubuhkan reduktor (FeSO4, SO2, atau Na2S2O5).
Penyisihan bahan-bahan organik beracun seperti fenol dan sianida pada konsentrasi rendah dapat dilakukan dengan mengoksidasinya dengan klor (Cl2), kalsium permanganat, aerasi, ozon hidrogen peroksida. Pada dasarnya kita dapat memperoleh efisiensi tinggi dengan pengolahan secara kimia, akan tetapi biaya pengolahan menjadi mahal karena memerlukan bahan kimia.
c. Pengolahan secara biologi
Semua air limbah yang mengandung bahan organik dapat diolah secara biologi (biodegradable). Sebagai pengolahan sekunder, pengolahan secara biologi banyak diterapkan karena merupakan pengolahan yang murah, efisien dan lebih ramah lingkungan.
Pada dasarnya, reaktor pengolahan secara biologi dapat dibedakan atas dua jenis, yaitu: 1. Reaktor pertumbuhan tersuspensi (suspended growth reactor);
2. Reaktor pertumbuhan lekat (attached growth reactor).
Di dalam reaktor pertumbuhan tersuspensi, mikroorganisme tumbuh dan berkembang dalam keadaan tersuspensi. Proses lumpur aktif yang banyak dikenal berlangsung dalam reaktor jenis ini. Proses lumpur aktif terus berkembang dengan berbagai modifikasinya, antara lain: oxidation ditch dan kontak-stabilisasi. Dibandingkan dengan proses lumpur aktif konvensional, oxidation ditch mempunyai beberapa kelebihan, yaitu efisiensi penurunan BOD dapat mencapai 85%-90% (dibandingkan 80%-85%) dan lumpur yang dihasilkan lebih sedikit. Selain efisiensi yang lebih tinggi (90%-95%), kontak stabilisasi mempunyai kelebihan yang lain, yaitu waktu detensi hidrolis total lebih pendek (4-6 jam). Proses kontak-stabilisasi dapat pula menyisihkan BOD tersuspensi melalui proses absorbsi di dalam tangki kontak sehingga tidak diperlukan penyisihan BOD tersuspensi dengan pengolahan pendahuluan.
Kolam oksidasi dan lagoon, baik yang diaerasi maupun yang tidak, juga termasuk dalam jenis reaktor pertumbuhan tersuspensi. Untuk iklim tropis seperti Indonesia, waktu detensi hidrolis selama 12-18 hari di dalam kolam oksidasi maupun dalam lagoon yang tidak diaerasi, cukup untuk mencapai kualitas efluen yang dapat memenuhi standar yang ditetapkan. Di dalam lagoon yang diaerasi cukup dengan waktu detensi 3-5 hari saja. Di dalam reaktor pertumbuhan lekat, mikroorganisme tumbuh di atas media pendukung dengan membentuk lapisan film untuk melekatkan dirinya. Berbagai modifikasi telah banyak dikembangkan selama ini, antara lain trickling filter, cakram biologi, filter terendam dan reaktor fludisasi
Seluruh modifikasi ini dapat menghasilkan efisiensi penurunan BOD sekitar 80%-90%. Ditinjau dari segi lingkungan dimana berlangsung proses penguraian secara biologi, proses ini dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:
1. Proses aerob, yang berlangsung dengan hadirnya oksigen;
2. Proses anaerob, yang berlangsung tanpa adanya oksigen.
Apabila BOD air limbah tidak melebihi 400 mg/l, proses aerob masih dapat dianggap lebih ekonomis dari anaerob. Pada BOD lebih tinggi dari 4.000 mg/l, proses anaerob menjadi lebih ekonomis.

More aboutTeknik Pengolahan Air Limbah

Minyak Bumi

Diposting oleh Ilmu Alam Bercak


Minyak Bumi

Minyak bumi (petroleum) adalah campuran dari berbagai senyawa karbon, baik karbon jenuh maupun yang tidak jenuh yang berasal dari zat-zat organik selama ribuan tahun di dalam lapisan bumi dalam jumlah yang sangat besar. Minyak bumi diperkirakan berasal dari pelapukan berbagai senyawa organik yang terkubur di bawah tanah sejak berjuta-juta tahun yang lalu. Hasil pelapukan ini dibawa oleh air ke laut dan akhirnya mengendap. Endapan yang terjadi bertumpuk-tumpuk dan bercampur dengan binatang laut dan jasad renik yang mati. Akhirnya endapan tersebut melapuk oleh panas matahari dan tekanan dari dalam bumi, sehingga berubah menjadi minyak dan gas bumi.
Minyak bumi yang terbentuk kemudian masuk ke rongga batuan berpori yang dapat ditembus. Disinilah minyak bumi dan gas bumi terperangkap dan siap dilakukan pengeboran untuk diperoleh minyak mentah (Crude Oil). Minyak mentah ini selanjutnya akan diolah dengan proses destilasi fraksinasi (destilasi bertingkat) menjadi berbagai produk minyak bumi. Pada umumnya minyak bumi ini digunakan sebagai bahan bakar dan bahan baku industri petrokimia. Kegunaannya selalu disesuaikan dengan perubahan kebutuhan manusia, hal ini dapat dilihat dari berbagai pola pengilangan minyak bumi untuk menghasilkan berbagai bahan dan zat petrokimia.

Proses Pengolahan Minyak Bumi
Kegiatan proses pengolahan minyak bumi dilaksanakan dengan proses destilasi fraksinasi (destilasi bertingkat).
Proses Produk Naptha
Naptha merupakan atom-atom yang dijenuhkan oleh Hidrogen yang juga disebut dengan Cyloparaffin Hidrocarbon. Kandungan naptha dalam minyak mentah terdiri dari berat campuran molekul-molekul yang lebih tinggi, kecuali berat campuran molekul yang lebih rendah seperti Cylopentana dan Cyloheksana, yang tidak ada kandungannya dalam minyak mentah.
CO (Crude Oil) dari tangki penampungan eksplorasi dan produksi ditarik dengan pompa memasuki tangki penimbunan yang bertujuan untuk mengendapkan kotoran padat dan lumpur serta air melalui Heat Exchanger, kemudian dipompakan sehingga menjadi 35-40 0C. Selanjutnya CO dialirkan ke dapur (furnace)-I untuk dipanaskan sehingga temperatur mencapai 135 0C kemudian dialirkan ke Coloumn-1, melalui Tray. Di dalam coloumn terjadi pemisahan antara fasa uap dan cairan. Fasa uap akan naik ke Top coloumn untuk menjadi Top Product (Produk Atas). Dan fasa cair akan turun ke bottom product (produk bawah). Pada saat ini temperatur pada Top coloumn adalah ±100 0C dan bottom coloumn 105 0C.
Top product akan mengalir ke condenser sehingga terbentuk condensat dengan temperatur 40 0 C. Condensat ini disebut dengan Fraksi Naptha-I, yang selanjutnya mengalir ke accumulator untuk pemisahan uap/gas dan steam yang terkondensasi. Kemudian Naptha-I didinginkan di cooler dan dialirkan ke seperator untuk pemisahan air. Akhirnya produk Naptha-I ditampung ditangki penampungan, dan sebagian condensat Naptha-I dari accumulator direfluk ke coloumn-I untuk mengatur temperatur Top Coloumn.
More aboutMinyak Bumi

Parameter Limbah Udara

Diposting oleh Ilmu Alam Bercak


Parameter Limbah Udara

Emisi Industri
Udara alamiah selain terdiri dari gas dan uap air juga mengandung campuran partikel padat dan cair yang sangat halus yang disebut aerosol. Baku mutu emisi adalah batas kadar yang dikeluarkan dari zat-zat atau bahan pencemar yang dikeluarkan langsung dari sumber pencemar udara, sehingga kadar zat-zat atau bahan-bahan tersebut tidak menimbulkan gangguan pada manusia, hewan, tumbuhan dan benda-benda serta tidak melampaui baku mutu udara ambien.
Emisi sebagai salah satu penentu mutu udara berperan penting dalam menentukan kualitas udara. Sumber emisi bahan pencemar dalam hal ini dapat disebabkan oleh setiap orang atau kegiatan usaha yang menimbulkan emisi bahan pencemar. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa emisi merupakan akibat dari aktifitas manusia yaitu pabrik-pabrik, kendaraan bermotor, pembakaran.
Bahan pencemar yang dapat ditimbulkan oleh sumber stasioner (tak bergerak) tersebut adalah:
1. Kabut asam sulfat atau sulfur Trioksida atau keduanya
2. Oksida Nitrogen (NOx)
3. Karbon Monoksida (CO)
4. Partikel padat
5. Hidrogen Sulfida (H2S)
6. Methyl Merpaktan (CH3SH)
7. Amonia (NH3)
8. Gas Klorin
9. Hidrogen Klorida (HCl)
10. Fluor atau asam Hydrofluorida atau senyawa organik fluor
11. Seng (Zn)
12. Air raksa (Hg)
13. Katmium (Cd)
14. Arsen (As)
15. Antimon (Sb)
16. Radio Nuklida dan Asat

Bahan pencemar tersebut di atas walaupun akumulasinya banyak dipengaruhi oleh keadaan alam setempat (misalnya arah angin) tetapi asal bahan pencemar tetap (stationer) maka lingkungan sekitar terdekat dengan kegiatan yang potensil menimbulkan bahan pencemar, merupakan kelompok yang mempunyai resiko tinggi yang mendapat dampak negatif.

Dampak Pencemaran Udara
a. Terhadap Lingkungan
− Partikel
Partikel di atmosfir membuat dampak yang terbatas pada sejumlah radiasi matahari yang mencapai permukaan bumi. Satu prinsip efek adalah pengurangan kenampakan. Intensitas cahaya yang diterima dari benda dan latar belakang menjadi kurang. Jumlah polusi partikel tergantung pada musim ataupun lokasi sumber polusi dan emisinya. Debu pada daun jika terkena kabut atau hujan ringan akan membuat kerak yang tebal pada permukaan daun dapat mengganggu proses fotosintesis dengan menghalangi sinar matahari yang diperlukan daun dan mengacaukan proses pertukaran CO2 dengan atmosfer. Dengan demikian pertumbuhan tanaman akan terhenti. Partikulat debu yang ada juga dapat menimbulkan kerusakan material/bahan secara luas. Partikulat mempercepat korosi terutama adanya campuran yang mengandung sulfur (.
-                      SO 2
Kerusakan tanaman dapat terjadi oleh sulfur dioksida (SO2). Uap asap sulfat dapat merusak tanaman dan dapat terlihat pada daun. Kerusakan kronis dapat terjadi bila kontak dengan SO2 dalam waktu yang lama ditandai dengan warna daun kuning karena terhambatnya pembentukan klorofil kemudian dapat mengakibatkan gugurnya daun. Pengaruh SO2 antara lain terhadap cat, dimana waktu pengeringan dan pengerasan beberapa cat meningkat jika mengalami kontak dengan SO2, beberapa film cat menjadi lunak dan rapuh jika dikeringkan, serat tekstil terutama yang terbuat dari serta tumbuhan menjadi lapuk. Kondisi lingkungan yang tercemar SO2 merangsang kecepatan korosi teruma besi, baja, dan zink
- NO Adanya konsentrasi NO 2 di udara dapat menimbulkan kerusakan tanaman. Percobaan cara fumigasi tanaman-tanaman dengan NO2 menunjukkan adanya bintik-bintik pada daun. Pencemaran udara oleh gas NOX juga menyebabkan timbulnya fotokimian yang sangat mengganggu lingkungan

b. Terhadap Kesehatan Manusia
− Partikel Partikel (debu) yang masuk atau mengendap dalam paru-paru dapat mengakibatkan Pneumoniosis, dan iritasi pada mata.efek tidak langsung terhadap manusia bila partikel polutan yang mengandung zat kimia mengendap pada daun dan daun digunakan sebagai bahan makanan oleh manusia.
− SO
SO2 mempunyai sifat iritasi/perangsangan, gangguan yang lebih kuat. SO2 merupakan polutan yang berbahaya bagi kesehatan terutama bagi penderita penyakit kronis sistem pernafasan dan kardiofaskuler
 − NO
Organ tubuh yang paling peka terhadap pencemaran gas Nitrogen Oksida adalah paru-paru. Paru-paru terkontaminasi oleh gas NO 2 akan membengkak sehingga penderita sulit bernafas dan mengakibatkan kematian. Pengaruhnya terhadap kesehatan yaitu terganggunya sistem pernafasan, bila kondisinya kronis dapat berpotensi terjadi Bronkhitis serta akan terjadi penimbunan Nitrogen Oksida dan dapat merupakan sumber Karsinogenik.

Tujuan Pengolahan Limbah Gas
1. Mencegah terjadinya penurunan kualitas udara di dalam area pabrik maupun di desa-desa sekitarnya yang dekat dengan area pabrik sehingga berguna bagi hajat hidup orang banyak.
2. Minimalisasi atau mengurangi bau yang tidak menyenangkan yang disebabkan kegiatan operasional.
3. Minimalisasi atau mengurangi tingkat kebisingan di dalam area pabrik maupun di daerah sekitarnya.
Cara-cara Pengolahan
Ada beberapa metode yang telah dikembangkan untuk penyederhanaan buangan gas. Dasar pengembangan yang dilakukan adalah penyapuan partikel (particulate scrubber), penyerapan absorbsi, pembakaran, penutupan bau, dilusi, penyerapan ion excanger, dan kolam netralisasi.
Beberapa jenis peralatan yang digunakan untuk pengolahan limbah gas :
1. Scrubber, alat ini digunakan untuk membersihkan gas yang mudah bereaksi dengan air.Prinsip kerjanya adalah mencampur air dengan uap/gas dalam suatu wadah. Alat ini terdiri dari beberapa tipe seperti wet scrubber, ventury scrubber dan vertical scrubber, spray tower, package tower, plate tower dan cyclon.
2. Menara isi, terdiri dari yang berbentuk silinder yang diisi dengan butiran pengisi untuk memperluas permukaan kontak antara gas dan cairan penyerap.
3. Menara semprot (spray tower), pemakaiannya lebih banyak untuk keperluan perpindahan panas.
4. Penyerapan berdasarkan tarikan cairan. Cara ini banyak dipakai untuk gas klor yang membawa partikel-partikel kapur.
5. Ruang penyerapan berbentuk siklon. Cara ini adalah perpaduan antara teknik penyemprotan dengan prinsip mekanis dari gaya sentrifugal. Alat ini bisa dipakai untuk menyerap buangan dalam bentuk gas seperti gas klor atau gas yang membawa partikel.
6. Penyerapan secara mekanis, dispersi cairan penyerap ke dalam gas pada alat ini dilakukan dengan cara mekanis.
Untuk menghilangkan bau gas yang mengganggu dilakukan dengan cara penutupan (counter of odor). Apabila bau yang keluar tidak efektif untuk dihilangkan dengan cara kimia, pembakaran atau absorbsi maka perlu diberi zat lain yang berbau lebih enak misalnya essens, parfum dan lain-lain yang dapat menutupi bau yang mengganggu tersebut. Penambahan zat tersebut dapat dilakukan dengan penyemprotan pada dasar cerobong dengan konsentrasi sampai 2%. Cara lain dapat pula dengan penambahan pada scrubber zat tambahan kimiawi yang mudah menguap dan dapat menetralkan bau.
Pembakaran dilakukan terhadap gas buangan yang mengganggu tetapi tidak mengandung pencemar yang berbahaya atau terhadap gas buangan yang sulit diolah tetapi mengandung zat-zat yang dapat dibakar dan biasanya dilakukan pembakaran sebalum dibuang ke udara. Pembakaran merupakan cara yang sangat efektif untuk menghilangkan pencemar yang dapat terbakar, bau, senyawa beracun dan dapat mengurangi bahaya ledakan. 
More aboutParameter Limbah Udara

Limbah Gas

Diposting oleh Ilmu Alam Bercak


Limbah Gas

Pengertian Pencemaran Udara
Pencemaran udara adalah masuk atau dimasukkannya mahluk hidup, zat, energi dan atau komponen lain ke dalam udara dan atau berubahnya tatanan (komposisi) udara oleh kegiatan manusia atau proses alam, sehingga kualitas udara menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya.
Sumber Pencemar Udara
Berdasarkan asal dan kelanjutannya di udara pencemar udara dapat dibedakan menjadi pencemar udara primer dan pencemar udara sekunder. Pencemar udara primer yaitu pencemar di udara yang ada dalam bentuk yang hampir tidak berubah, sama seperti pada saat dibebaskan dari sumbernya sebagai hasil dari suatu proses tertentu. Pencemar udara primer umumnya berasal dari sumber-sumber yang diakibatkan oleh aktifitas manusia seperti dari industri (cerobong asap industri), dari sektor industri transportasi.
Pencemar udara sekunder adalah semua pencemar di udara yang sudah berubah karena reaksi tertentu antara dua atau lebih kontaminan/ polutan. Umumnya polutan sekunder merupakan hasil antara polutan primer dengan polutan lain yang ada di udara. Reaksi-reaksi yang menimbulkan polutan sekunder diantaranya adalah reaksi fotokimia dan reaksi oksida katalis. Reaksi fotokimia misalnya oleh pembentukan ozon, reaksi-reaksi oksida katalis diwakili oleh polutan berbentuk oksida gas.
Komposisi Pencemar Udara
Pencemar udara primer dapat digolongkan menjadi lima kelompok yaitu:
1. Karbon Monoksida (CO), komponen ini mempunyai berat sebesar 96,5% dari berat air dan tidak dapat larut dalam air. CO yang terdapat di alam terbentuk dari satu proses sebagai berikut pembakaran tidak sempurna terhadap karbon atau komponen yang mengandung karbon, reaksi antara karbon dioksida dan komponen yang mengandung karbon pada suhu tinggi. Pada suhu tinggi karbon dioksida terurai menjadi karbon monoksida dan atom O.
2. Nitrogen Oksida (Nox), Nox adalah kelompok gas yang terdapat di atmosfir, terdiri dari gas NO dan NO2. NO merupakan gas yang tidak berwarna dan tidak berbau, sebaliknya NO2 mempunyai warna coklat kemerahan dan berbau tajam.
3. Hidrokarbon (HC), yaitu komponen-komponen hidrokarbon terdiri dari elemen hidrogen dan karbon. Hidrokarbon yang sering menimbulkan masalah dalam pencemaran udara adalah yang berbentuk gas pada suhu normal atmosfir atau hidrokarbon yang bersifat sangat volatil (mudah berubah menjadi gas) pada suhu tersebut.
4. Sulfur Oksida (Sox), yaitu pencemaran olah Sox terutama disebabkan oleh dua komponen gas yang tidak berwarna yaitu SO2 dan SO3. SO2 mempunyai karakteristik bau yang tajam dan tidak terbakar di udara sedangkan SO3merupakan komponen yang tidak reaktif.
5. Partikel, polutan udara disamping berwujud gas dapat pula berbentuk partikel-partikel kecil padat dan dropled cairan yang terdapat dalam jumlah cukup besar di udara.
Pencemar udara sekunder dapat digolongkan menjadi dua yaitu ozon dan senyawa peroksida. Karakteristik pencemar udara :
Karakteristik fisik dan kimia dibedakan menjadi gas dan partikel. Partikel merupakan benda-benda padat/ cair yang dimensinya sedemikian kecilnya sehingga memungkinkan melayang di udara. Bentuk khusus dari partikel dibedakan menjadi :
a. Mist (kabut), partikel cair yang berada di udara karena kondensasi uap air.
b. Fog (kabut yang padat/tebal), sama dengan mist tetapi dapat dilihat dengan mata telanjang.
c. Smoke (asap), partikel karbon yang terjadi dari pembakaran tidak sempurna.
d. Dust (debu), partikel padat yang terjadi karena proses mekanis.
e. Fume, partikel padat yang terjadi karena kondensasi dari penguapan logam cair.
f. Aerosol, partikel yang terlebur dan melayang di udara.
g. Plume, asap yang keluar dari cerobong asap suatu industri (pabrik).
h. Haze, bentuk aerosol yang mengganggu pandangan di udara.
i. Smoge, campuran antara smoke dan fog.
j. Smaze, campuran antara smoke dan haze.
Gas dan uap dibedakan menjadi :
a. Yang larut dalam air, misalnya oksigen larut dalam air.
b. Yang tidak larut dalam air. Dibedakan lagi menjadi yang tidak larut tetapi berekasi dengan salah satu komponen dalam air lambat sekali, misalnya benzena.

More aboutLimbah Gas

Limbah Padat

Diposting oleh Ilmu Alam Bercak on Kamis, 11 April 2013


Limbah Padat

Limbah padat adalah benda yang tidak terpakai, tidak diinginkan dan dibuang yang berasal dari suatu aktifitas dan bersifat padat. Limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) adalah sisa suatu usaha atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan atau beracun dan karena sifat dan konsentrasinya dan atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung dapat mencemarkan dan atau merusak lingkungan hidup dan atau dapat membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta mahluk hidup lain.
Sumber Limbah Padat
Beberapa sumber dari limbah padat antara lain:
1. Sampah buangan rumah tangga termasuk sisa bahan makanan, sisa pembungkus makanan dan pembungkus perabotan rumah tangga sampai sisa tumbuhan kebun dan sebagainya.
2. Sampah buangan pasar dan tempat-tempat umum (warung, toko dan sebagainya) termasuk sisa makanan, sampah pembungkus makanan dan sampah pembungkus lainnya, sisa bangunan, sampah tanaman dan sebagainya.
3. Sampah buangan jalanan termasuk diantaranya sampah berupa debu jalan, sampah sisa tumbuhan taman, sampah pembungkus bahan makanan dan bahan lainnya, sampah sisa makanan, sampah berupa kotoran serta bangkai hewan.
4. Sampah industri termasuk diantaranya air limbah industri, debu industri. Sisa bahan baku dan bahan jadi dan sebagainya.
5. Pertanian

Klasifikasi Limbah Padat
Penggolongan jenis limbah padat dapat didasarkan pada komposisi kimia, sifat mengurai, mudah tidaknya terbakar, berbahaya dan karakteristik. Berdasarkan karakteristiknya limbah padat dibedakan:
1. Garbage (sampah basah)
Garbage adalah jenis sampah yang terdiri dari sisa-sisa potongan hewan atau sayur-sayuran hasil dari pengolahan, pembuatan dan penyediaan makanan yang sebagian besar terdiri dari zat-zat yang mudah membusuk.
2. Rubbish (sampah kering)
Rubbish adalah sampah yang dapat terbakar dan tidak dapat terbakar yang berasal dari rumah-rumah, pusat-pusat perdagangan, kantor-kantor. Sampah yang mudah terbakar umumnya terdiri dari zat-zat organik seperti kertas, kardus, plastik dan lain-lain. Sedangkan sampah yang tidak dapat/ sukar terbakar sebagian besar mengandung zat-zat inorganik seperti logam-logam, kaleng-kaleng dan sisa pembakaran.
3. Abu (Ashes)
Sampah jenis ini adalah sampah yang berasal dari sisa pembakaran dari jenis zat yang mudah terbakar seperti di rumah, kantor maupun di pabrik-pabrik industri.
4. Street cleaning (sampah dari jalan)
Sampah jenis ini berasal dari pembersihan jalan dan trotoar baik dengan tenaga manusia maupun dengan tenaga mesin yang terdiri dari kertas-kertas, daun-daunan dan lain-lain.
5. Industrial wastes (sampah industri)
Merupakan sampah yang berasal dari industri-industri pengolahan hasil bumi/ tumbuhan dan industri lain. Sampah industri dapat berupa:
a. Bahan kimia beracun
b. Bahan berbahaya
c. Bahan kimia
d. Mineral
e. Residu dan Organik
f. Residu patologi radiologi
g. Kayu dan kertas
6. Demolition wastes (sampah bangunan)
7. Hazardous wastes (sampah berbahaya)
8. Water treatment residu


Dampak Limbah Padat Industri
a. Terhadap Lingkungan
1. Dampak Menguntungkan
Dapat dipakai sebagai penyubur tanah, penimbun tanah dan dapat memperbanyak sumber daya alam melalui proses daur ulang.
2. Dampak merugikan
Limbah padat organik akan menyebabkan bau yang tidak sedap akibat penguraian limbah tersebut. Timbunan limbah padat dalam jumlah besar akan menimbulkan pemandangan yang tidak sedap, kotor dan kumuh. Dapat juga menimbulkan pendangkalan pada badan air bila dibuang ke badan air.
b. Terhadap Manusia
1. Dampak menguntungkan
Dapat digunakan sebagai bahan makanan ternak, dapat berperan sebagai sumber energi dan benda yang dibuang dapat diambil kembali untuk dimanfaatkan.
2. Dampak merugikan
Limbah padat dapat menjadi media bagi perkembangan vektor dan binatang pengguna. Baik tikus, lalat, nyamuk yang dapat menimbulkan penyakit menular bagi manusia diantaranya Demam berdarah, Malaria, Pilariasis, Pes, dan sebagainya.
More aboutLimbah Padat

Cara- cara Pengolahan Air Limbah

Diposting oleh Ilmu Alam Bercak


Cara- cara Pengolahan Air Limbah

Beberapa cara pengolahan air buangan adalah:
1. Pengenceran (dilution)
Yakni air buangan diencerkan terlebih dahulu sampai mencapai konsentrasi yang cukup rendah, kemudian baru dibuang ke badan air. Pada keadaan tertentu kadang-kadang dilakukan proses pengolahan sederhana lebih dahulu seperti pengendapan, penyaringan dan sebagainya. Akan tetapi dengan bertambahnya penduduk dan perkembangan industri, maka seringkali jumlah air buangan yang harus dibuang menjadi terlalu banyak karena diperlukan derajat pengenceran yang cukup besar, hal ini tidak dapat dipertahankan lagi. Disamping itu dengan cara ini mendatangkan beberapa kerugian antara lain : bahaya kontaminasi terhadap bahan-bahan air, oksigen terlarut dalam badan air cepat habis sehingga mengganggu kehidupan organisme dalam air, serta meningkatkan pengendapan zat-zat padat sehingga mempercepat pendangkalan sehingga mempercepat pedangkalan sehingga terjadi penyumbatan dan mulai timbul banjir.
2. Irigasi Luas
Cara ini umumnya digunakan di daerah-daerah di luar kota atau di pedasaan karena memerlukan tanah yang cukup luas dan tidak dengan pemukiman penduduk. Air buangan dialirkan ke parit-parit terbuka yang digali pada sebidang tanah, dan air akan merembes masuk ke dalam tanah melalui dasar dan dinding dari parit-parit tersebut. Pada keadaan tertentu air buangan dapat digunakan untuk perairan ladang, pertanian atau perkebunan dan sekaligus berfungsi untuk pemupukan. Hal ini terutama dilakukan untuk membuang air buangan yang berasal dari perusahaan susu sapi, rumah potong hewan, perusahaan makanan kaleng dan sebagainya. Dimana kandungan zat-zat organik dan protein cukup tinggi dan diperlukan oleh tanaman.
3. Kolam Oksidasi (oxidation ponds/waste stabilizationponds lagoon)
Merupakan suatu pengolahan air buangan untuk sekelompok masyarakat kecil, dan cara ini terutama dianjurkan untuk daerah pedesaan. Prinsip kerjanya adalah memanfaatkan pengaruh sinar matahari, ganggang (algae), bakteri dan oksigen dalam proses pembersihan alamiah. Air buangan dialirkan ke dalam kolam besar berbentuk empat persegi panjang kedalaman antara 1 – 1.5 meter. Dinding dan lapisan kolam tidak perlu diberi lapisan apapun. Luas kolam tergantung pada jumlah air buangan yang akan diolah, biasanya digunakan luas 1 acre (= 4072 m) untuk 100 orang. Lokasi kolam harus jauh dari daerah pemukiman minimal berjarak 500 meter ditempatkan di daerah terbuka yang memungkinkan adanya sirkulasi angin.
4. Pengolahan air buangan primer dan sekunder/ primary and secondary treatment plant
Merupakan cara pengolahan air buangan yang lebih kompleks dan lebih lengkap, yaitu pengolahan secara fisis dan mekanis (primer) dan secara biologis (sekunder) terutama di daerah perkotaan dan umumnya air buangan dari segala jenis, baik yang berasal dari rumah tangga, kota praja maupun industri.

Beberapa cara pengolahan air buangan adalah:
1. Pengenceran (dilution)
Yakni air buangan diencerkan terlebih dahulu sampai mencapai konsentrasi yang cukup rendah, kemudian baru dibuang ke badan air. Pada keadaan tertentu kadang-kadang dilakukan proses pengolahan sederhana lebih dahulu seperti pengendapan, penyaringan dan sebagainya. Akan tetapi dengan bertambahnya penduduk dan perkembangan industri, maka seringkali jumlah air buangan yang harus dibuang menjadi terlalu banyak karena diperlukan derajat pengenceran yang cukup besar, hal ini tidak dapat dipertahankan lagi. Disamping itu dengan cara ini mendatangkan beberapa kerugian antara lain : bahaya kontaminasi terhadap bahan-bahan air, oksigen terlarut dalam badan air cepat habis sehingga mengganggu kehidupan organisme dalam air, serta meningkatkan pengendapan zat-zat padat sehingga mempercepat pendangkalan sehingga mempercepat pedangkalan sehingga terjadi penyumbatan dan mulai timbul banjir.
2. Irigasi Luas
Cara ini umumnya digunakan di daerah-daerah di luar kota atau di pedasaan karena memerlukan tanah yang cukup luas dan tidak dengan pemukiman penduduk. Air buangan dialirkan ke parit-parit terbuka yang digali pada sebidang tanah, dan air akan merembes masuk ke dalam tanah melalui dasar dan dinding dari parit-parit tersebut. Pada keadaan tertentu air buangan dapat digunakan untuk perairan ladang, pertanian atau perkebunan dan sekaligus berfungsi untuk pemupukan. Hal ini terutama dilakukan untuk membuang air buangan yang berasal dari perusahaan susu sapi, rumah potong hewan, perusahaan makanan kaleng dan sebagainya. Dimana kandungan zat-zat organik dan protein cukup tinggi dan diperlukan oleh tanaman.
3. Kolam Oksidasi (oxidation ponds/waste stabilizationponds lagoon)
Merupakan suatu pengolahan air buangan untuk sekelompok masyarakat kecil, dan cara ini terutama dianjurkan untuk daerah pedesaan. Prinsip kerjanya adalah memanfaatkan pengaruh sinar matahari, ganggang (algae), bakteri dan oksigen dalam proses pembersihan alamiah. Air buangan dialirkan ke dalam kolam besar berbentuk empat persegi panjang kedalaman antara 1 – 1.5 meter. Dinding dan lapisan kolam tidak perlu diberi lapisan apapun. Luas kolam tergantung pada jumlah air buangan yang akan diolah, biasanya digunakan luas 1 acre (= 4072 m) untuk 100 orang. Lokasi kolam harus jauh dari daerah pemukiman minimal berjarak 500 meter ditempatkan di daerah terbuka yang memungkinkan adanya sirkulasi angin.
4. Pengolahan air buangan primer dan sekunder/ primary and secondary treatment plant
Merupakan cara pengolahan air buangan yang lebih kompleks dan lebih lengkap, yaitu pengolahan secara fisis dan mekanis (primer) dan secara biologis (sekunder) terutama di daerah perkotaan dan umumnya air buangan dari segala jenis, baik yang berasal dari rumah tangga, kota praja maupun industri.
More aboutCara- cara Pengolahan Air Limbah